Jakarta – Kunjungan ke Philantropy Building alias Kantor Pusat Dompet Dhuafa menjadi agenda kegiatan Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 Dompet Dhuafa pada Jumat (4/11). Seluruh peserta beserta para panitia dan pembina bertolak pada Jumat pagi dari Wisma Syahida Inn, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Officer Kemitraan Dakwah Nasional Dompet Dhuafa Ustadz Awang Ridwan Syuhaedi menjelaskan tujuan kunjungan tersebut agar ada pengenalan terhadap lingkungan Dompet Dhuafa, sehingga para peserta Sekolah Dai akan memahami semua aktivitas kelembagaan, dari mulai struktur organisasi, direktorat, divisi, dan program yang menggawangi aspek kemanusiaan.
“Agar para peserta Sekolah Dai merasakan keyakinan dalam menjalankan amanah saat mereka diterjunkan ke masyarakat untuk pemberdayaan di wilayah penugasannya. Ini akan memberikan nutrisi kepada para peserta Sekolah Dai dalam mentransfer informasi dalam pemberdayaan di masyarakat, khususnya wilayah 3T,” ucap Ustadz Awang.
Menyambut para peserta, General Manager Komunikasi Dompet Dhuafa Bapak Dian Mulyadi memaparkan profil dan kiprah lembaga sejak berdirinya selama hampir 30 tahun yang telah menerima sederet prestasi seperti opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-turut sejak 1994 hingga Nobel Asia sebagai lembaga non pemerintah di Indonesia pada 2014 berkat transparansinya.
“Dompet Dhuafa tidak ada pemiliknya, pemiliknya adalah umat, karena tidak punya investor, investornya umat. Dompet Dhuafa didirikan oleh dana umat, maka dia tidak punya pemilik. Yayasan ini umum, cuma ada pendiri dan inisiator. Pemilknya adalah masyarakat,” kata Bapak Dian.
Ia juga menyebutkan ide-ide brilian Dompet Dhuafa untuk membantu negara dan masyarakat yang sukses diterapkan terutama selama masa wabah Covid-19 di antaranya produksi baju hazmat dengan harga sangat terjangkau lewat pemberdayaan kreativitas kaum perempuan terdampak pandemi, dan bilik sterilisasi di pintu masuk berbagai gedung.
“Jadi Dompet Dhuafa itu didirikan karena empat hal, dan harus menjalankan empat hal tersebut, yaitu empat sifat Nabi tabligh, shiddiq, amanah, fathanah. Empat hal tersebut yang menjadi semangat setiap insan Dompet Dhuafa. Berarti di situ kan harus jujur, harus mengemukakan apa yang didapatkan dan disampaikan semua,” imbuh Bapak Dian.
Berbekal nilai lembaga berupa INSPIRE (integritas, sinergi, profesional, inovatif, dan responsif), Dompet Dhuafa yang menjadi lembaga filantropi Islam modern pertama di tanah air dan telah memiliki lima kantor cabang di luar negeri serta 29 mitra di 22 negara menghadirkan sejumlah pilar program dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial kemanusiaan, dan dakwah budaya di bawah pengawasan sejumlah pakar dan pembina dari berbagai bidang.
“Alhamdulillah, saya sebagai peserta Sekolah Dai dari Papua sangat senang dan bangga dapat berkunjung ke Kantor Pusat Dompet Dhuafa bersama teman-teman dai, kami dapat menambah wawasan baru dan diberikan kesempatan untuk melihat ruang kantor yang ada di Dompet Dhuafa dan tempat Kafe Madaya produk yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Saya bersyukur impian saya terwujud dapat mengunjungi kantor Dompet Dhuafa Pusat yang berada di Jakarta,” ujar Ustadz Naufal Nabil Hasbullah, peserta asal Jayapura, Provinsi Papua.
Dompet Dhuafa menggelar Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 di bawah Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) selama 30 hari di Wisma Syahida Inn, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kombinasi materi di ruang kelas dan praktek di lapangan, 20 peserta terpilih dari berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dakwah transformatif Dompet Dhuafa di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan dakwah rahmatan lil ‘alamin sesuai core values Dompet Dhuafa.***