Kabar Terbaru

Kita Tidak Tahu Bagaimana Akhir Kehidupan Kita

Artikel yang akan Anda baca ini merupakan kisah nyata, bukan fiksi. Para pelaku dalam cerita ini merupakan kawan bahkan masih ada hubungan kerabat dengan penulis walaupun jauh. Pelaku cerita merupakan kakak beradik.

Untuk sang kakak, kita sebut saja bang Fulan dan untuk sang adik kita sebut Fulin.

Fulan, sewaktu mudanya adalah orang yang hobinya bermaksiat. Boro-boro betah di masjid, salat saja hampir tidak pernah. Sewaktu masih kecil, Fulan termasuk anak yang pandai membaca Al-Qur’an. Namun entah bagaimana ceritanya kok besarnya seperti tidak kenal masjid.

Karena bergaya hidup semaunya, akhirnya rumah tangga Fulan kandas begitu saja. Entah sudah berapa istri yang sudah ia ceraikan. Baru berumah tangga sekian tahun saja sudah cerai. Nikah lagi, cerai lagi dan begitulah seterusnya.

Sewaktu muda, Fulan bekerja sebagai driver. Penghasilannya cukup besar, namun belum sebulan sudah habis tidak karuan. Mabuk-mabukan, judi dan main perempuan sudah menjadi aktifitas wajib harian baginya. Hobi maksiatnya itulah yang menguras hartanya. Rumah dan mobil ludes sudah. Umur yang semakin menua membuat dia sudah tidak lagi mampu bekerja akibat melemahnya fisik, sering begadang malam dan efek sering minum alkohol.
Anak-anak Fulan sudah tidak mau lagi memampung Fulan karena kecewa tingkat tinggi. Alhasil, Fulan luntang lantung di kampung sendiri. Dia tidur di mana saja. Dan pada akhirnya Fulan menemui pengurus masjid yang ada di kampungnya itu agar diizinkan tinggal di masjid. Pengurus mengizinkan dengan syarat Fulan harus membantu membersihkan masjid setiap hari, azan, shalat jamaah dan wajib ikut hadir di setiap kajian yang diselenggarakan oleh pihak masjid.

Fulan dengan senang hati menerima tugas dari pengurus masjid. Sejak itulah Fulan berubah total. Dengan tinggal di masjid, ia salat lima waktu berjamaah setiap hari dan selalu aktif mengikuti kajian. Penampilannya yang dulu urakan,  sejak itu menjadi teduh.

Kira-kira satu tahun setengah Fulan tinggal di masjid hingga akhirnya jatuh sakit dan wafat di dalam masjid. Fulan husnul khatimah.

Sekarang kita simak kisah Fulin, adik kandung Fulan.

Sedari kecil hingga dewasa, Fulin berbanding terbalik dengan Fulan. Sejak menginjak remaja, Fulin sudah aktif di masjid kampungnya. Masjid yang kita maksud adalah masjid dimana Fulan tinggal dan wafat di sana. Singkat cerita, Fulin merupakan orang yang tumbuh di masjid dan boleh dikatakan Ahlul Masjid.

Di saat sang kakak wafat, Fulinlah yang paling sibuk mengurus jenazah kakaknya itu.

Kira-kira enam bulan pasca wafatnya sang kakak, Fulin terjerat utang cukup besar. Awalnya ia bergabung dengan sang teman untuk ikut berbisnis. Sayangnya, ia ditipu oleh temannya itu. Modal usaha yang ia peroleh untuk berbisinis berasal dari utang kepada beberapa orang yang ia kenal dan juga dari beberapa pinjaman online (pinjol).

Karena terus diteror oleh penagih utang Pinjol, Fulin kebingungan dan akhirnya menipu sana- sini dan memakai uang masjid untuk gali lobang tutup lubang. Utang semakin besar dan tingkat teror dari penagih utang juga semakin kuat. Dan akhirnya, Fulin ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, na’udzu billah!

Jarak kematian Fulin dengan kakaknya belum ada setahun.

Setiap orang tidak pernah tahu bagaimana akhir kehidupan nantinya. Fulan yang dulunya ahli maksiat namun ujungnya husnul khatimah. Fulin yang sejak remaja sampai menjelang kematiannya adalah ahlul masjid yang akhir hidupnya justru su’ul khatimah.

Hikmah yang bisa kita ambil dari kisahnyata ini diantaranya adalah:

1.Jangan pernah merasa bangga dengan ibadah kita. Rajin ibadah merupakan rezeki yang sangat besar dari Allah dan patut kita syukuri.
2.Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari ahli maksiat. Kita boleh tidak setuju dengan perbuatan maksiat. Yang paling baik adalah mendoakan ahli maksiat agar bisa kembali ke jalan Allah.
3.Jangan bosan-bosan berdoa kepada Allah agar kita selalu mendapat bimbingan dari Allah dan dihindari dari jalan kesesatan.
Diantara doa yang bisa kita baca agar hidup kita senantiasa dalam hidayah Allah adalah:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ.

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (Q.S. Ali Imran: 8).

Semoga Allah selalau membimbing kita dalam kehidupan dan beribadah kepada-Nya, aamin.

Wallau A’lam
Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *