Qunut Subuh merupakan salah satu Sunah Ab’adh menurut madzhab As-Syafi’i. Sunah Ab’adh yang tidak dilaksanakan harus diganti dengan sujud sahwi, baik disebabkan lupa mengerjakannya atau tidak.
Bagi orang yang tidak hafal Qunut Subuh, misalnya mualaf, malas menghafalnya atau sudah berusaha keras menghafalnya tapi belum hafal-hafal juga, maka qunut subuh bisa diganti dengan bacaan singkat seperti yang diterangkan di berbagai kitab fikih ulama Madzhab As-Syafi’I.
Syaik Muhammad Qasim Al-Gazzi dalam kitabnya Fath Al-Qarib Al-Mujib Syarh At-Taqrib menyampaikan sebagai berikit:
(و) سننها (بعد الدخول فيها شيئان التشهد الأول والقنوت في الصبح) أي في اعتدال الركعة الثانية منه، وهو لغة الدعاء وشرعاً ذكر مخصوص، وهو اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت الخ (و) القنوت (في) آخر (الوتر في النصف الثاني من شهر رمضان) وهو كقنوت الصبح المتقدم في محله ولفظه، ولا تتعين كلمات القنوت السابقة، فلو قنت بآية تتضمن دعاء وقصد القنوت حصلت سنة القنوت.
Kesunahan-kesunahan di dalam salat ada dua perkara, yaitu tasyahud awal dan qunut di dalam salat Subuh, yaitu saat i’tidal rakaat kedua dari salat Subuh. Secara bahasa qunut bermakna doa. Dan secara syara’ adalah zikiran tertentu, yaitu
اللهم اهْدِنِي فَيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ إِلَخْ.
Dan qunut di akhir salat witir pada separuh bulan kedua dari bulan Ramadan.
Qunut di dalam salat witir ini sama seperti qunutnya salat Subuh yang sebelumnya di dalam tempat dan lafadznya.
Qunut tidak harus menggunakan kalimat-kalimat qunut yang telah dijelaskan di atas. Sehingga, seandainya seseorang melakukan qunut dengan membaca ayat Al Qur’an yang mengandung doa dan ditujukan untuk qunut, maka kesunahan qunut sudah hasil.
Dengan demikian, bagi yang tidak hafal doa qunut subuh sebagaimana umumnya, maka tetaplah mengerjakan dengan doa singkat, baik yang redaksinya berasal dari ayat Al-Qur’an atau kalimat yang mengandung doa, seperti:
Rabbana aatinaa fid dun-ya hasanah, wafil akhirati hasanah, wa qinaa adzaaban-naar.
Tulisan ini hanya membantu mereka yang belum hafal saja, sifatnya tidak permanen alias sementara. Tulisan ini hanyalah solusi alternatif agar mereka yang tidak hafal atau belum hafal doa qunut tidak meninggalkannya begitu saja. Bagi yang belum hafal tetaplah hafalkan sampai hafal. Bagi yang malas menghafal, hilangkanlah rasa malas. Mengapa untuk hal yang bersifat keduniaan dapat dikejar maksimal alias “ngoyo”, lalu mengapa tidak untuk kesempurnaan salat yang merupakan amalan pertama saat hisab?
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Unsplash