Kabar Terbaru

JIka Neraka Itu Takdir, Ngapain Ibadah?

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Pernah suatu ketika saya mengikuti pengajian yang membahas tentang hadis nabi. Saya lupa nama kitabnya apa. Yang saya ingat pengajian itu membahas kitab yang isinya hadis-hadis Kumpulan.

Poin penting yang saya tangkap ketika menyimak penjelasan hadis dari sang ustaz bahwa ahli surga dan neraka sudah Allah tentukan.

Misalnya ada seorang yang melakukan ahli surga (amal soleh) semasa hidupnya sehingga diibaratkan bahwa jarak dia dan surga hanya sejengkal. Namun dia tidak jadi masuk surga karena takdir mendahuluinya sebagai penghuni neraka.

Begitupun sebaliknya. Ada orang yang semasa hidupnya kerap melakukan amalan ahli neraka (maksiat) dan diibaratkan jarak neraka dengannya hanya satu jengkal. Namun ia tidak jadi masuk neraka karena takdirnya adalah sebagai penghuni surga.

Saya bingung, Pak Ustaz. Jika memang makna hadisnya seperti itu, tentu saya menyimpulkan orang beriman yang masuk neraka  merupakan “orang yang paling sial karena ibadahnya tidak ada manfaat sama sekali baginya.”

Jika memang kesimpulannya demikian, apakah tidak bertentangan dengan banyaknya ayat di dalam Al-Qur’an bahwa orang-orang yang beramal shalih akan memasuki surga.

Sebetulnya saat itu saya ingin bertanya kepada ustaz tersebut, tapi sayangnya tidak ada kesempatan tanya jawab.

Demikan dan terima kasih.

Jawaban:

Wa’alaikumussalam wr wb.

Hadis yang Anda maksud seperti ini:

فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

“Demi Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk surga, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

 JIka melihat hadis tersebut secara tekstual, tentu pemahaman Anda dan juga kita memang seperti yang Anda Maksudkan tadi.

Dari berbagai penjelasan para ulama, kami ringkas sebagai berikut:

  1. Surga dan neraka milik Allah. Dalam konteks ini, Siapa saja yang masuk surga atau neraka itu memang hak prerogatif Allah. Dia berkuasa menentukan sesuka hati siapa saja yang akan dimasukkan ke surga atau ke neraka.
  2. Walapun Allah mempunyai hak untuk memasukan siapa saja, Allah juga memberi tahu kriteria siapa saja orang yang berhak masuk ke surga atau neraka.
  3. Amalan buruk dan amalan baik merupakan pengantar manusia untuk menduduki surga atau neraka. Ingat ya, amalan itu hanya sebatas pengantar, bukan penentu!
  4. JIka poin 3 dapat kita pahami dengan baik, maka masuk surga itu merupakan rahmat Allah, bukan karena amal saleh belaka.
  5. Husnul khatimah menjadi ‘standar baku’ seorang hamba masuk surga. Kebalikannya su’ul khatimah merupakan ‘standar baku’ masuk neraka.
  6. .Jadi maksud hadis dia atas adalah ketika orang melakukan amal-amal kebaikan yang seharusnya mengantarkan ke surga, namun gagal karena didahului takdirnya yang mengharuskan dia mati dalam keadaa su’ul khatimah. Misalnya pulang shalat berjamaah, kemudian tergiur untuk minum khamer dan setelah itu langsung mati.
  7. Begitu juga dengan orang yang senantiasa melakukan kemaksiatan, namun di akhir hayatnya dia mati dalam keadaan husnul khatimah. Misalnya ada orang hobinya mencuri, namun sesaat ajalnya datang, dia bertaubat nasuha.
  8. Karena kita tidak tahu apakah kita nantinya husnul khatimah atau sebaliknya, maka teruslah beriktiyar melakukan amal shalih dan berdoa agar Allah Ridha kepada kita dan Allah arahkan kita mati dalam keadaaan husnul khatimah.
  9. Jangan pernah memvonis ahli maksiat sebagai ahli neraka. Doakan saja agar dia bertaubat dan mati dalam keadaan husnul khatimah.
  10. Begitu juga dengan kita yang rajin ibadah. Jangan besar kepala dan memvonis diri kita adalah ahli surga, Berharap masuk surga memang harus. Yang tidak bolehnya adalah memvonis bahwa kita ahli surga.
  11. Jadi pemahaman percuma ibadah kalo ujungnya ditetapkan masuk neraka adalah sesuatu yang keliru.

Demikian, semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *