Kabar Terbaru

Jangan Putuskan Hubungan Dengan Allah

Mungkin kita pernah mendengar kalimat yang disampaikan seorang teman kepada temannya yang masih suka maksiat tapi shalatnya tetap rajin, seperti:

“Ente percuma shalat kalo maksiat masih jalan.”

Bagi kita yang mendengar kalimat tersebut, bisa saja timbul beberapa penafisran, seperti:

Bisa jadi maksudnya adalah agar pelaku segera bertaubat.
Bisa juga dimungkinkan malah sebaliknya. Pelaku maksiat menghentikan shalatnya karena menganggap shalat yang dilakukannya sia-sia saja.
Atau bisa juga begini pesannya, kalo mau jadi pendosa jangan tanggung-tanggung.

Agar tidak menimbulkan ragam tafsir dari kalimat yang terlontar kepada saudara kita yang belum bisa berhenti maksiat, ada baiknya kita lebih berhati-hati. Misalnya, kita bisa menyampaiakan dengan redaksi seperti ini:

“Walapun Anda masih sulit meninggalkan maksiat, sebaiknya jangan putuskan hubungan Anda dengan Allah. Jangan pernah terpikir untuk berhenti melakukan shalat. Semoga saja dengan shalat yang terus Anda lakukan, Allah berkenan membimbing Anda untuk berhenti bermaksiat lalu Anda bertaubat.”

Sebetulnya tulisan ini terinspirasi karena menyaksikan cuplikan video singkat yang cukup viral. Dalam video  itu terjadi tanya jawab yang sangat mengesankan antara seorang yang mewakili komunitas transgender dengan salah seorang agawan Islam yang sangat berpengaruh di abad ini. Sebut saja, Al-Habib Umar Ibn Hafiz Hafizhahullah Ta’ala dari Tarim, Yaman.

Dalam video tersebut, seorang dari perwakilan transgender tersebut bertanya bagaimana caranya mencari jalan kembali kepada Allah. Inti dari jawaban sang Habib adalah agar para pendosa tidak memutuskan hubungan mereka kepada Allah.

Sang Habib menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang yang hobinya merampok namun tetap berpuasa. Orang yang dirampoknya itu bertanya kepadanya mengapa ia tetap berpuasa. Sang perampok menjawab bahwa dia tidak mau memutiskan hubungannya kepada Allah.

Selang beberapa tahun berikutnya, mereka berdua bertemu kembali saat beribadah haji. Korban perampokan bertanya kepada sang perampok:

“Mengapa Anda sekarang bisa berhaji dan Anda terlihat sangat baik hari ini dan sangat khusyu’ beribadah? Bukankah Anda dahulu adalah orang yang suka merampok?

“Ini adalah buah dari hubunganku yang tidak pernah putus kepada Allah,” jawab sang perampok.

Dari kisah singkat yang disampaikan sang Habib ini membuktikan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hubungan sang hamba kepada-Nya.

Tulisan ini bertujuan agar kita tidak memandang rendah siapa saja, termasuk kepada para pendosa. Kita boleh tidak setuju dengan bentuk kemaksiatan seseorang, namun janganlah membenci orangnya, apalagi kita merasa lebih mulia dari pendosa tersebut.  Jika sekarang dia bermaksiat, boleh jadi di kemudian hari dia lebih saleh dari kita.

Yang terbaik adalah mencegah orang agar tidak jadi bermaksiat. Jika tidak mampu mencegah, maka berilah nasihat. Jika tidak mampu juga, maka doakanlah agar pelaku maksiat bertaubat kepada Allah. Pesan Rasulullah kepada kita:

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.  (HR.  Muslim).

Wallahu A’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *