Lupa daratan merupakan istilah yang disematkan kepada orang yang melampaui batas. Contohnya adalah seorang yang kaya raya namun tidak ingat bahwa dulunya dia adalah orang miskin. Sewaktu miskin dia tidak bisa bermaksiat, namun ketika dia kaya, maksiat menjadi hobi barunya. Ya begitulah kira-kira mengartikan lupa daratan dengan mudah.
Ada kisah nyata yang diangkat dari sebuah hadis yang cukup populer. Rasulullah mengingatkan kepada kita agar tidak ikut-ikutan dua dari tiga tokoh yang lupa daratan dalam hadis berikut:
Dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya ada tiga orang dari bani israil ada yang kudisan, botak dan buta.
Kemudian Allah ingin menguji mereka semua, lalu Dia mengutus malaikat datang menemui mereka. Lantas ia datang menemui orang yang mengidap penyakit kudisan seraya berkata: ‘Apa yang paling kamu sukai? ‘ Ia menjawab: ‘Warna kulit yang bagus, kulit yang mulus, serta sembuhnya penyakit kudisku ini.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Lalu ia pun mengabulkannya, menyembuhkan penyakit kudisnya, dan diberikan kepadanya warna kulit yang bagus dan kulit yang mulus. Ia berkata: ‘Harta apa yang paling kamu senangi? ‘ Ia menjawab: ‘Onta atau sapi.’ Ishaq ragu, akan tetapi yang jelas orang yang berpenyakit kudisan dan yang botak kepalanya itu salah satu dari keduanya mengatakan: ‘Onta, ‘ dan yang lain mengatakan: ‘Sapi.’ Lalu ia memberikannya seekor onta yang sedang hamil tua seraya berkata: ‘Semoga Allah memberkahimu dalam onta itu.’
Selanjutnya ia mendatangi orang botak kepalanya seraya bertanya kepadanya: ‘Apa yang paling kamu sukai? ‘ Ia menjawab: ‘Rambut yang bagus dan sembuhnya penyakit yang membuatku dihina orang.’ Lalu iapun mengabulkannya, menyembuhkan penyakitnya serta memberinya rambut yang bagus. Ia bertanya: ‘Harta apa yang paling kamu inginkan? ‘ Ia menjawab: ‘Sapi.’ Lalu diberikanlah kepadanya seekor sapi yang sedang hamil lantas ia berkata: ‘Semoga Allah memberkahimu dalam sapi itu.’
Selanjutnya ia mendatangi orang yang buta matanya seraya berkata: ‘Apa yang paling kamu senangi? ‘ Ia menjawab: ‘Jika Allah mengembalikan penglihatanku hingga dengannya aku dapat melihat manusia.’ Lalu iapun mengabulkannya dan Allah memulihkan penglihatannya. Ia bertanya: ‘Harta apa yang paling kamu inginkan? ‘ Ia menjawab: ‘Kambing.’ Maka diberikanlah seekor kambing yang hendak beranak kepadanya, lalu tidak berapa lama kambing itupun melahirkan anaknya. Dengan begitu orang ini mempunyai sejumlah onta, yang ini mempunyai sejumlah sapi, dan yang itu mempunyai sejumlah kambing.
Kemudian ia mendatangi orang yang (tadinya) kudisan untuk kedua kalinya dalam bentuk yang sesungguhnya, lantas berkata: ‘Aku adalah seorang lelaki miskin yang sedang berada dalam perjalanan dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga aku tidak mempunyai penghidupan kecuali dari Allah kemudian dari pemberianmu. Dengan nama Dzat yang telah memberimu warna kulit yang bagus, kulit yang mulus, serta memberimu harta berupa onta, aku memintamu untuk memberiku suatu pemberian agar aku dapat melanjutkan perjalananku. Ia pun menjawab: ‘Hak-hak itu sangat banyak.’ Lalu ia berkata: ‘Sepertinya aku mengenalmu, bukankah dulu kamu adalah seorang yang mengidap penyakit kudis yang mana para manusia selalu mengejekmu, dan kamu adalah seorang yang fakir lalu Allah memberikan (nikmatNya) kepadamu? ‘ Ia menjawab: ‘Sesungguhnya aku mewarisi harta ini dari nenek moyangku yang kaya.’ Iapun berkata: ‘Jika kamu berdusta dalam ucapanmu itu, maka semoga saja Allah menjadikanmu seperti sediakala.’
Selanjutnya ia mendatangi si botak dalam bentuk aslinya, lalu ia berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakannya kepada orang pertama dan iapun menolaknya sebagaimana orang pertama menolaknya. Lalu ia berkata: ‘Jika kamu berdusta dalam ucapanmu, maka semoga saja Allah akan menjadikanmu seperti sediakala.’
Kemudian ia mendatangi orang (yang tadinya) buta matanya dalam bentuk aslinya seraya berkata: ‘Aku adalah seorang lelaki miskin yang sedang berada dalam perjalanan, dalam perjalananku ini aku tidak mempunyai pekerjaan sehingga aku tidak mempunyai sumber penghidupan kecuali dari Allah kemudian dari pemberianmu. Demi Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu dan memberimu sejumlah kambing, kumohon berikanlah sesuatu kepadaku sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku lagi.’ Ia berkata: ‘Dulu mataku buta lalu Allah menyembuhkannya, maka ambillah (hartaku) sesuka hatimu dan tinggallah apa yang tidak kau sukai. Sungguh Demi Allah, harta yang kau ambil tidak akan membuatku bersedih.’ Maka ia berkata: ‘Peliharalah hartamu karena sesungguhnya kalian sedang diuji. Kamu telah diridhai dan kedua temanmu telah dimurkai.” (HR. Muslim).
Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah faktual di atas. Jika kita cermati, sedikitnya ada beberapa hikmah, diantaranya:
- Allah sangat mudah membalikkan keadaan makhluk-Nya. Hanya dalam sekejap, Allah menyembuhkan penyakit seseorang dan memberinya kekayaan.
- Kesehatan dan kekayaan merupakan titipan sekaligus ujian.
- “Peringatan keras” untuk orang yang lupa daratan. Ingatlah bahwa kita tidak mungkin selamanya ada di udara atau di lautan. Biar bagaimana pun, habitat kita adalah daratan. Jangan sampai terhempas di udara atau tenggelam di tengah lautan yang ganas!
- Orang yang bersyukur karna terus ditambahkan nikmatnya, sedangkan yang ingkar akan mendapatkan sisksaan pedih di neraka.
Semoga kisah faktual dalam hadis di atas menjadi renungan untuk kita semua. Bantulah sesama, jangan jadi orang yang kikir dan tinggi hati. Harta dan kesehatan merupakan rezeki dan titipan yang harus kita pertanggung jawabkan sampai mata kita tertutup untuk selamanya.
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash