Masjid sangat berbeda dengan tempat-tempat lainnya. Jika selain masjid siapa saja bisa masuk, maka tidak untuk masjid. Orang yang berhadas besar tidak boleh diam di dalam masjid. Artinya, masjid memiliki aturan hukum khusus.
Selain aturan khusus, ada adab yang harus diperhatikan ketika memasuki dan selama berada di dalamnya. Memasuki masjid dengan kaki kanan sambil membaca doa dan begitupun keluarnya, membaca doa dan menggunakan kaki kiri. Di dalam masjid tidak boleh gaduh dan mengadakan transaksi jual beli, sewa menyewa atau transaksi bisnis apapun. Jika larangan ini diabaikan, maka Rasulullah mendoakan agar pelakunya mengalami kebangkrutan!
Satu lagi, salat tahiyatul masjid dan i’tikaf hanya sah dilakukan di masjid. Walaupun bangunan sudah tua dan kusam, selama itu masjid, salat tahiyatul masjid dan i’tikaf sah dilakukan. Artinya, semegah apapun bangunan hatta istana sekalipun, tidak bisa tahiyatul masjid dan i’tikaf. Hal ini menandakan bahwa tiada bangunan yang sakral dan suci yang bisa menggantikan masjid.
Mungkin sebagian orang menyangka bahwa di masjid tidak mungkin ada perselisihan. Faktanya tidak begitu! Ada saja perseteruan yang terjadi antar sesama jamaah masjid. Ada pula perseteruan antara sesama pengurus masjid. Ada juga yang “ambekan alias baperan” dan akhirnya tidak mau lagi datang ke masjid. Ada juga yang merasa diri paling pintar dan benar sehingga meremehkan orang lain, terutama marbot yang menurutnya adalah profesi rendahan. Dan ada juga yang menjadi “bigos” (biang gosip) terlatih dan menjadi “biang kerok” penyebab konflik di masjid.
Masjid yang seharusnya menjadi sarana persatuan antar warga tidak sepenuhnya terwujud. Hal ini bukan disebabkan hilang atau pudar kesucian dan kesakralannya. Masjid tetap sakral dan suci hingga hari kiamat. Hanya ulah oknum-oknum seperti di atas saja yang membuat suasana masjid menjadi tidak nyaman.
Bagi kita yang istiqamah rajin ke masjid, hendaknya teguhkan niat yang kuat. Jangan sampai kita meladeni oknum-oknum diatas. Simpanlah energi kita sebaik mungkin untuk konsentrasi beribadah di masjid. Hayati firman Allah berikut:
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا۟ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ.
“Janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat dalam masjid itu (masjid dhirar) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih. (Q.S. At-Taubah: 108)
Jadilah kita termasuk penghuni masjid yang selalu membersihkan diri dari segala dosa sebagaimana Allah sampaikan melalui ayat di atas. Jangan sekali-kali kita terpengaruh apalagi meladeni ulah para oknum yang selalu mengotori kesucian masjid.
“Lih, jangan lu pikir di masjid ga ade setan. Di masjidil haram aje masih ade copet!” ujar Kong Ali kepada cucunya, Malih.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik