Kabar Terbaru

Isra’ Mi’raj, Ujian Keimanan Para Sahabat Generasi Awal

Bagi kita umat Islam yang hidup saat ini, tentu kita mengenal salah satu sejarah penting dalam ajaran Islam. Ya, yang kita maksud adalah peristiwa Isra’ Miraj Nabi Besar Muhammad SAW. Kita tentu percaya dan sangat yakin bahwa peristiwa besar itu adalah faktual, bukan cerita fiksi apalagi dongeng sebelum tidur untuk anak-anak kecil.

Tapi menjadi lain ceritanya untuk penduduk Makkah, baik yang masih musyrik atau bagi para sahabat Rasulullah yang baru saja masuk Islam. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi ketika Rasulullah SAW masih di Makkah yang artinya umat Islam masa itu masih sangat sedikit. Hampir saja seluruh penduduk Makkah menganggap bahwa Rasulullah SAW adalah seorang nabi yang mengalami halusinasi akut.

Penduduk Makkah saat itu mengejek Rasulullah. Menurut mereka, tidak mungkin seorang manusia, apalagi seorang Muhammad mampu mengadakan perjalanan dari Makkah ke Masjid Al-Aqsha hanya dalam waktu satu malam? Yang lebih parahnya menurut mereka, tidak mungkin ada manusia, apalagi hanya seorang Muhammad yang bisa menembus langit ke-7 dalam semalam saja?

Ya wajar sih, namanya juga tidak percaya. Mereka tidak berfikir bahwa Rasulullah hanyalah seorang hamba yang diperjalankan oleh Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu sebagaimana firman Allah:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Q.S. Al-Isra’: 1).

Kalo sudah tidak percaya tentu sulit menerima. Andaikan kita saat itu adalah penduduk Makkah, bisa jadi kita juga ikut tidak percaya. Bahkan bisa jadi penduduk Makkah yang mau masuk Islam tidak jadi lantaran menilai bahwa Rasulullah adalah seorang pendusta dan penghayal tingkat tinggi. Atau bisa jadi para sahabat yang baru saja masuk Islam menjadi ragu dan melepas keislamannya. Inilah ujian Rasulullah saat itu.

Tapi kekhawatiran itu auto rungkad dengan sikap Abu Bakar yang secara tegas beriman dan percaya penuh bahwa Muhammad adalah seorang rasul yang tidak pernah berbohong sedikitpun. Beliau sangat yakin bahwa Isra’ Mi’raj benar-benar terjadi karena Allah ingin memperlihatkan kekuasan-Nya kepada Rasululullah secara khusus dan umat manusia secara umum, Dengan sikap Abu Bakar RA yang beriman total itulah beliu diberi gelar As-Shiddiq, orang yang selalu membenarkan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.

Ya begitulah seorang muslim sejati. Seorang muslim harus memiliki totalitas keimana kepada Allah dan Rasul-nya. Totalitas iman memiliki konsekuensi yang tidak sedikit. Iman harus dibuktikan dengan tindakan nyata, yaitu menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Totalitas keimanan tentu mewujudkan ketakwaan.

Isra’ Mi’raj sudah berlalu 14 abad yang lalu. Mari kita hisab (muhasabah) diri kita. Apakah keimanan kita semakin bertambah atau sebaliknya? Apakah kualitas salat kita semakin baik atau malah sebaliknya? Memperingati Isra’ Mi’raj dengan semarak dan syiar sangatlah baik, tapi totalitas keimanan dan ketakwaan harus selalu ditingkatkan.

 Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *