Kabar Terbaru

Islam dan Pengentasan Kemiskinan

Islam tidak hanya mengajarkan tata cara ibadah kepada Allah semata. Adanya kewajiban zakat, anjuran sedekah dan membayar kafarat jelas menandakan ajaran tentang kepedulian terhadap orang miskin. Dan lihat juga salam dalam salat sebagai akhir gerakan. Salam kanan dan kiri memiliki makna filosofis agar kita memperhatikan manusia sekitar kita setelah kita berhubungan langsung dengan Allah.

Ada satu ayat yang sangat kita hafal di dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’un ayat 3. Ayat inilah yang menunjukkan salah satu ciri pendusta agama, sebagai berikut:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ ﴿٣﴾

“Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.”

Pada ayat ini, Al-Qur’an menggunakan shighat fi’il mudhari’ (suatu pekerjaan yang menunjukkan makna yang selalu dilakukan secara berulang pada masa sekarang dan yang akan datang) untuk يَحُضُّ (mengajak atau menganjurkan).[1]  Artinya, agar tidak dicap sebagai pendusta agama, hendaklah kita selalu menolong orang miskin yang kelaparan.

Untuk konteks sekarang, kata “Yahuddhu” bisa diartikan memikirkan, memprogramkan, menggagaskan atau juga mengkampanyekan segala tindakan dalam bentuk kongkrit secara maksimal. Tegasnya, siapapun kita, harus turut andil untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungan kita dari mulai lingkungan keluarga, kerabat, tetangga, lingkungan terdekat dan jangkauan yang lebih luas tentunya.

Kebutuhan orang miskin tentu banyak, tapi mengapa dalam ayat ini hanya menyebutkan “tha’aamil miskin” (memberi makan orang miskin) saja? Jawabnya sangat mudah. Makan merupakan kebutuhan primer. Artinya, jika belum bisa membantu semua kebutuhan orang miskin, minimal sekali mereka tidak kelaparan. Betapa malunya kita jika ada orang miskin yang mati kelaparan atau dirawat di rumah sakit padahal dia tinggal dekat masjid. Betapa malunya kita jika ada yang mati kelaparan padahal dia tinggal di lingkungan yang rata-rata memiliki kendaraan roda dua bahkan roda empat yang jumlahnya lebih dari satu!

Jika dalam hal memberi makan saja kita tidak peduli, apalagi membantu mereka memberi modal usaha? Jika ada kucing yang mati di rumah kita karena kelaparan saja dosa besar, apalagi yang mati adalah manusia!

Pendusta agama adalah orang yang “masa bodo” atau ‘EGP” terhadap orang miskin. Lapar itu engga enak! Suami bisa marah kepada istrinya jika telat masak. Telat saja engga enak, apalagi lapar dan tidak ada beras untuk dimasak!

Melalui tulisan ini, kita tentu mengingat masa kecil. Ketika ada teman yang sedang makan sesuatu lalu kita minta “bagi dong” dan sang teman tidak mau memberi walapun sedikit, maka keluarlah kata favorit kita untuk mengatakan “Pelit Lu!”

Semoga kita bukan termasuk golongan pendusta agama.

Wallahu A’lam.
Yuk ikut berpartisipasi, klik : donasi.dompetdhuafa.org
Foto : Unsplash
[1] Lihat Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir, Syaikh Ibn Asyur, Ad-Dar At-Tunisiah, Tunis: 1984, Juz 30, Hal. 565.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *