Kabar Terbaru

Investasi Cerdas, Inspirasi Insklusif Nabi Yusuf (Bagian 1)

Joseph said: “You will cultivate consecutively for seven years. Leave in the ears all that you have harvested except the little out of which you may eat”.

Kisah Nabi Yusuf diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai kisah paling baik yang Allah ceritakan hingga Nabi Muhammad juga meneladaninya. Diriwayatkan oleh Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana jika engkau mengisahkan sesuatu kepada kami?” Maka Allah menurunkan Surat Yusuf (ayat ketiga) yang menegaskan bahwa di dalam Al-Qur’an sudah terdapat kisah-kisah yang baik sebagai teladan bagi kaum Mukminin.

Masa Gemilang dan Masa Malang

Inspirasi inklusif dari Nabi Yusuf dijelaskan pada ayat ke-47 dalam surat Yusuf. Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.”

Memanfaatkan informasi akan mimpi Raja, tentang Raja yang melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk, dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus dan juga tentang tujuh tangkai gandum yang hijau dan yang kering, Nabi Yusuf memberanikan diri untuk mengambil posisi penakwil dengan bekal ia telah mencermati lingkungan yang terjadi. Nabi Yusuf menakwilkan mimpi Raja yang pada saat itu para pemuka kaum tidak dapat menakwilkannya. Tak hanya tepat menakwilkan mimpi Raja, namun Nabi Yusuf juga mampu memberikan jalan keluar bagi tantangan kemakmuran yang dalam kisahnya benar-benar terjadi.

Melalui kisah ini, ada sebuah kemiripan situasi yang terjadi dalam lingkungan, yaitu sebuah siklus. Siklus yang lebih tepat terjadi pada dunia bisnis, yaitu adanya masa gemilang dan masa malang.

“Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali dari apa yang sedikit (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur),” (Q.S Yusuf ayat 48 dan 49).

Menurut Budi Hikmat, dalam seminar di Festival Pasar Modal Syariah, berpendapat bahwa siklus bisnis terjadi karena beberapa faktor, (1) perubahan iklim (2) perubahan perilaku (3) kemanjuan teknologi (4) faktor demografi (5) transmisi global. Mengimplementasikan dari Surat Yusuf ayat 47 – 49, bahwa kisah Nabi Yusuf menunjukkan sebuah kebijakan pertumbuhan dengan bercocok tanam berkelanjutan dan stabilitas dengan meminimalkan penggunaan simpanan untuk menghadapi masa malang.

From Economist to Fund Manager

Budi Hikmat, dalam seminar Investasi Cerdas: Investasi Pasar Modal Syariah, menafsir ayat ini dengan membuat prioritas atas kebijakan Nabi Yusuf dalam menanggapi tantangan kemakmuran.

Pertama “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa (berkelanjutan)”, dalam hal ini Budi Hikmat menyamakan dengan menanan (investasi) dengan terus memacu produksi dalam negeri (produktivity). Kedua “kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya”, ini dimaksudkan untuk pengawetan dan teknologi pasca panen. Sebagaimana dalam bercocok tanam, mempersiapkan persediaan dari hasil panen dan berusaha untuk mengawetkannya (guna masa panjang) dan bersiap untuk memasarkannya (buffer stock & preservation). Ketiga “kecuali sedikit untuk kamu makan”, menunjukkan makna pengendalian. Pengendalian dalam penyerapan permintaan dalam negeri dari hasil produksi (demand management).

Penjelasan di atas menunjukkan sebuah tafsir prioritas yang digunakan oleh para economist. Namun, untuk dapat berinvestasi cerdas, tidak cukup menjadi seorang economist, namun juga harus menjadi seorang fund manager.

see more at : Investasi Cerdas, Inspirasi Inklusif Nabi Yusuf (Bagian 2)

  • Penulis : Nanda Yanti (Mahasiswa STEI SEBI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *