Kabar Terbaru

Inilah Ia, Jati Diri Seorang Da’i

Dan jangan engkau memberi untuk mendapat lebih banyak.”
(QS. Al-Mudatsir: 6)

Seorang da’I adalah pejuang kebenaran dan pembawa cahaya. Mereka hidup menebar manfaat, menempuh jalan yang tak mudah, kemudian saling menasihati dalam kesabaran dan cinta.

Berjuang adalah berkorban. Dan sang pejuang sejak awal peringatkan untuk tak mengharap balasan lebih banyak daripada yang dipersembahkan. Inilah asas bakti bagi jiwa pembawa cahaya.

Masih berlanjut, Allah mengarahkan para pejuang ini untuk mengulurkan hal terbaik yang mereka punya, dan sesuatu yang paling mereka cinta. Sungguuh terlarang baginya memberikan sesuatu yang dirinya sendiri mengambilnya dengan memicingkan mata.

Kalian sekali-sekali tidak akan sampai pada kebajikan sempurna, hingga kalian infaqkan sebagian dari apa yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian infaqkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran: 92)

Dalam sebuah hadist yang diriwayakan oleh Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan sebutir kurma.”

Maka, bagi seorang da’i, setiap harta yang hadir di tangannya dan setiap benda yang terada dalam kuasanya akan terlihat sebagai penyelamat siksa neraka.

Sesungguhnya kami memberikan makanan kepada kalian hanya demi mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menginginkan dari kalian balasan maupun terima kasih. Sesungguhnya kami takut aka nada azab dari Rabb kami pada suatu hari yang di sana orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.” (QS. Al Insaan: 9-10)

Berinfaq adalah memperbaiki akhlak. Dari hati yang ingin bersuci diri, kan muncul perilaku yang terpuji.

Dalam pemberiannya, seorang da’i tidak menyertai kebaikan dan shadaqah yang dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebutnya, baik dihadapan yang diberi atau siapapun jua. Sebab mereka meyakini Allah menyeksamai hal itu dan hanya dari Allah-lah pahala kan mereka renggut.

Orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti perasaan sang penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tiada kekhawatiran atas mereka dan tidaklah mereka bersediih hati.” (QS. Al-Baqarah: 262)

Dan siapakah yang merasa aman dari tergelincirnya niat suci di hati ? maka inilah ia jati diri seorang da’i, yang memiliki gejolak di hati, akankah segala amalnya terlimpah ridho Sang Ilahi Rabbi ?

(M. Azzam/Cordofa)

One thought on “Inilah Ia, Jati Diri Seorang Da’i

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *