
“
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 286)
Tersebutlah di masa lampau seorang anak muda yang dirundung banyak masalah. Ia hendak menemui seorang Tua yang bijak. Maka berangkatlah ia dengan langkah gontai dan wajah yang hampa.
Setibanya, anak muda itu bersegera menceritakan semua masalahnya. Dan ia tidak melewatkan setiap kesempatan untuk menumpahkan berbagai masalahnya. Selama si anak muda berbicara, pak Tua yang bijak berusaha menyaksamai serinci mungkin setiap tetes masalah yang ia tuangkan padanya.
Kemudian pak Tua yang bijak mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Setelah ditaburkannya garam ke dalam gelas air, diaduknya perlahan.
“Nak, cobalah minum ini dan katakana bagaimana rasanya.”
“Asin. Asin sekali pak Tua.” Jawab si pemuda, lantas meludah ke samping.
Pa Tua menyimpulkan senyum. Lalu ia mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Pa Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Kemudian, dengan sepotong kayu, ia aduk-aduk bagian telaga yang taburi garam.
“Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah. Bagaimana rasanya ?”
“Segar, pa Tua.” Sahut si anak muda.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu ?”
“Tidak.” Jawab si anak muda.
Anakku, dengarkan ini baik-baik. Masalah-masalah yang tadi kau berikan kepadaku tak lebih dan tak kurang layaknya garam yang aku taburkan. Jumlah dan rasa asinnya akan tetap sama, dimanapun aku taburkan.
Tapi asinnya yang kita rasa, akan sangat dipengaruhi dari wadah air yang kita miliki. Permasalahan yang kita keluhi, tergantung dari wadah hati yang kita sediakan.
Maka luaskanlah wadah hatimu. Tidak masalah seberapa banyak masalah yang masuk, selama kita menyediakan wadah hati yang luas dan dalam, kita selalu bisa menjadikan masalah sebagai berkah. (M. Azzam/Cordofa)
Bagikan Konten Melalui :