Syiar Tradisi Berbuka Puasa Bersama
Jika ditanya, adakah dalil spesifik baik dari ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadis mengenai syariat berbuka puasa bersama?

Jika ditanya, adakah dalil spesifik baik dari ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadis mengenai syariat berbuka puasa bersama? Jika pertanyaannya seperti ini, maka sudah pasti jawabannya tidak ada! Silakan saja cari hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah dan para sahabat membiasakan apalagi menganjurkan berbuka puasa bersama. Jika ditemukan, baik berupa anjuran atau bahkan larangan berbuka puasa bersama, tolong beri tahu kami!
Namun demikian, tidak semua perkara dalam Islam yang mengharuskan ada dalil atau contoh spesifiknya. Kebolehan sesuatu perbuatan, tentu bisa berlandaskan dalil umum, termasuk tradisi “Bukber” seperti yang sudah umum dilaksanakan oleh umat Islam seluruh dunia. Mengapa hal ini sampai disinggung dalam tulisan ini? ya tentu ada sebabnya! Mau tau? Ya gara-gara ada yang iseng ngomong kalo bukber itu bid’ah karena ga ada dalil dan contoh dari Nabi!
Baik, biar tidak penasaran dan terpengaruh dengan “cangkem elek”, berikut dalil umum mengenai bolehnya berbuka puasa bersama alias Ifthar Jama’i:
Anjuran sedekah makanan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (رواه النسعة الا مالكا).
Dari Abdullah bin ‘Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Islam manakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. (HR. Sembilan Imam kecuali Malik).
Menyenangkan orang beriman:
أفضلُ الأعمالِ أن تُدخِلَ على أخيك المؤمنِ سرورًا ، أو تقضى عنه دَيْنًا ، أو تطعمَه خبزًا (رواه ابن ابى الدنيا عن ابى هريرة).
Amal yang paling utama adalah menggembirakan saudara mukminmu, melunasi hutangnya atau memberinya makan walaupun sepotong roti. (HR. Ibn Abid Dunya melalui Abu Hurairah).
Memberi makan orang yang berbuka puasa:
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا. (رواه الترمذى).
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun” (HR. Tirmidzi).
Sudah jelas kan? Tiga hadis di atas sudah sangat cukup dijadikan dalil bolehnya berbuka puasa. Bahkan bukan hanya boleh, tradisi bukber penuh dengan kebaikan, keakraban, keharmonisan dan persatuan diantara kaum mukminin.
Namun, bukber menjadi tidak baik apabila dilaksanakan dengan:
- Ikhtilat (bercampurnya) pria dan wanita yang bukan mahram dan berpotensi menimbulkan fitnah. Bukbernya bagus, tapi campur aduknya yang bermasalah. Jika ini yang terjadi, sebaiknya tidak usah ikut bukber model begini! Bukber bersama keluarga lebih baik daripada berbuka sendiri saja.
- Bukber di tempat yang susah untuk melaksanakan salat magrib. Tidak sedikit orang yang ikut bukber tapi susah salat magrib dengan alasan tempatnya kecil dan berdesakan. Lalu dengan alasan ini, akhirnya malas salat magrib. Ini jelas bukber ngawur! Jangan ikut bukber model begini! Ngaco!
Silakan lanjutkan tradisi bukber, baik di masjid, di kantor atau acara-acara tertentu selama tidak ada unsur maksiat.
Wallahu Alam.