Pesan Cinta Sang Ayah Untuk Anak
Di balik setiap keluarga yang kokoh, ada sosok pahlawan yang sering kali diam dan nasihat apa yang harus diberikan kepada anak tercinta? Simak artikel berikut!
Di balik setiap keluarga yang kokoh, ada sosok pahlawan yang sering kali diam, dialah sang ayah. Ia bukan hanya menanggung lelah demi mencari nafkah, tetapi juga menanggung lelah batin saat menghadapi kenakalan, bahkan pembangkangan anak-anaknya. Namun di tengah kelelahan itu, cinta seorang ayah tidak pernah surut. Tak pernah terlintas di hatinya untuk berhenti menjadi ayah, meski dunia seolah menuntut segalanya darinya.
Ketika berbicara tentang figur ayah, penulis teringat pada Luqman Al-Hakim, seorang ayah bijak yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an. Pesan-pesan nasihatnya kepada sang anak tidak hanya menembus ruang dan waktu, tetapi juga menjadi pedoman abadi bagi setiap ayah di dunia. Kisah itu tercantum dalam Surat Luqman ayat 13–19, sebuah rangkaian ajaran cinta, iman, dan kebijaksanaan. Sedikitnya ada lima pesan utama sang ayah kepada anaknya, sebagai berikut:
Pesan pertama, Larangan Syirik: Dasar Keimanan Seorang Anak
Firman Allah SWT:
> وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13)
Syirik adalah dosa yang paling besar, karena menodai fitrah ketauhidan. Seorang ayah yang bijak akan selalu mengingatkan anaknya agar menjaga iman, bahkan di tengah desakan hidup sekalipun. Ia tahu betapa mudah manusia tergoda oleh harta dan kedudukan, hingga terkadang rela menjual keyakinannya. Karena itu, Luqman menegaskan: kekuatan sejati bukanlah harta, tetapi iman yang teguh dan hati yang bersih dari syirik.
Pesan kedua, Berbakti kepada Kedua Orang Tua: Cinta yang Mengalir Sejak dalam Rahim
Firman Allah SWT:
> وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ ﴿١٤﴾
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku kembalimu.” (Q.S. Luqman: 14)
Ayah harus mengajarkan kepada anak sejak dini tentang arti bakti dan cinta kepada orang tua. Cinta seorang ibu adalah cinta tanpa syarat, yaitu cinta yang menanggung perih sejak dalam kandungan, bertaruh nyawa saat melahirkan, dan kehilangan waktu istirahat demi menimang sang buah hati.
Namun, anak juga harus tahu bahwa cinta kepada orang tua tidak berarti membenarkan semua kehendak mereka jika bertentangan dengan kebenaran. Firman Allah mengingatkan:
> وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٥﴾
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman: 15)
Jika orang tua mengajak pada kesesatan, jangan ditaati. Namun tetaplah perlakukan keduanya dengan kasih sayang dan kebaikan. Inilah keseimbangan antara ketaatan, kasih, dan keteguhan iman yang diajarkan Luqman kepada anaknya.
Pesan ketiga, Amal Perbuatan Akan Dibalas oleh Allah
Firman Allah SWT:
يَٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ ... يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ﴿١٦﴾
“Wahai anakku, sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Teliti.” (Q.S. Luqman: 16)
Pesan ini mengajarkan kejujuran. Sekecil apa pun perbuatan manusia, pasti Allah mengetahuinya. Maka seorang ayah harus menanamkan kepada anak bahwa integritas sejati tidak bergantung pada pengawasan manusia, tetapi pada kesadaran bahwa Allah selalu melihat.
Pesan Keempat, Perintah untuk Mendirikan Salat, Menegakkan Kebenaran, Melarang Kemungkaran dan Sabar dalam Menghadapi Musibah. Firman Allah SWT:
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ ﴿١٧﴾
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (Q.S. Luqman: 17).
Ayah yang sejati tidak hanya memerintah, tetapi juga memberi teladan. Ia mengajak anaknya menegakkan salat. Bukan sekadar ritual, melainkan tali komunikasi antara hati sang anak dengan Sang Pencipta. Ia juga mendidik anaknya agar berani menyuarakan kebenaran, sabar dalam ujian, dan tidak mudah menyerah pada keadaan.
Pesan kelima, Menghindari Kesombongan dan Menjaga Kerendahan Hati
Firman Allah SWT:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿١٨﴾ وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ ﴿١٩﴾
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (Q.S. Luqman: 18-19).
Nasihat ini mengajarkan etika sosial tentang kesederhanaan, kelembutan, dan empati. Melalui ayat ini, Al-Qur’an mendorong sang ayah agar mendidik anaknya menjadi pribadi yang berakhlak mulia dimana pun berada. Sang anak tidak boleh meremehkan atau menganggap rendah orang lain. Sebaliknya, dia harus menyadari kelebihan dan kekurangan orang lain.
Jika memiliki kedudukan atau jabatan, ingatkan sang anak agar jabatan tersebut diemban dengan amanah, bukan untuk dipamerkan apalagi digunakan untuk kezaliman. Ingatkan anak agar berkata dengan lemah lembut dan bermanfaat. Perkataan lemah lembut dan bermanfaat selalu dirindukan dan dinanti oleh orang lain.
Dengan mencermati sedikitnya lima pesan cinta sang ayah kepada anaknya yang disampaikan oleh Luqman Al-Hakim, maka sang anak diharapkan menjadi orang yang:
- Bertakwa dan religius
- Berbakti kepada kedua orang tua dan cinta keluarga
- Memiliki kepribadian yang kokoh, kuat, disiplin, bertanggung jawab dan berintegritas
- Berakhlak mulia dan lembut hatinya.
Yang perlu diingat, ayah merupakan barometer dan teladan keluarga. Jika ingin sang anak seperti apa yang diharapkan, maka sang ayah harus lebih dulu mengamalkan, bukan hanya pandai menasihati, Sang ayah harus selalu mengingat ayat berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. As-Shaf: 2-3).
Semoga setiap ayah muslim mampu meneladani kebijaksanaan Luqman Al-Hakim dan menjadi cahaya bagi keluarga, tempat anak-anak pulang untuk menemukan arah hidupnya.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik