Peringatan Yang Tidak Basa-basi

Peringatan Yang Tidak Basa-basi. Maksudnya apa sih? Untuk menghilangkan penasaran, silakan simak artikel sarkas berikut ini!

Da'i Ambassador

Islam adalah agama yang mengatur setiap aspek kehidupan pemeluknya untuk mencapai ketertiban, kenyamanan, dan kebahagiaan. Setiap aturan dalam Islam memiliki kemaslahatan, dan tidak ada teori apapun di dunia ini yang dapat menggugat kebenaran dari wahyu Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, seorang hamba yang taat kepada aturan Allah pasti akan mendapatkan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Pada tulisan kali ini, penulis mengajak pembaca untuk fokus pada aturan Islam mengenai hubungan manusia dengan lingkungan. Meskipun tema ini mungkin sudah sering dibahas, namun penting untuk mengingatnya kembali. Siswa SD kelas lima mungkin sudah dapat menebak arah tulisan ini. Namun, penulis merasa perlu untuk mengangkat kembali tema ini karena media sosial kembali diramaikan dengan berita banjir bandang yang melanda Pulau Sumatera, termasuk Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, pada penghujung November 2025 ini.

Seperti yang penulis singgung diawal, si Ucup, siswa kelas lima SD, kita yakini bisa menjawab spontan ketika ditanya, “Cup, coba kamu sebutkan penyebab utama banjir bandang!” Kita yakin si Ucup akan menjawab seperti ini, “Penyebabnya itu, ya orang-orang serakah yang menggunduli hutan! Aku jadi ingat sama monyet, binatang yang paling serakah di muka bumi.”

Pertanyaan yang mudah dijawab oleh Ucup ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh penduduk Indonesia mengetahui salah satu faktor penyebab banjir bandang, diantaranya adalah penggundulan hutan dan juga tambang besar-besaran tanpa batas, terutama penambangan liar. 

Kita yang muslim ini, mungkin sudah sering mendengar bahwa kerusakan alam disebabkan oleh ulah tangan kotor manusia yang tidak bertanggung jawab. Kalimat seperti itu sudah ada dalam Al-Qur’an sejak 14 abad yang lalu. Ini ayatnya:

 ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾ 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum: 41).

Untuk meresapi firman Allah tersebut, ada baiknya kita simak penafsiran salah satu ulama kontemporer, Allahu yarham As-Syaikh Ahmad Musthafa Al-Maraghi sebagai berikut:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ:

أي ظهر الفساد في العالم بالحروب والغارات، والجيوش والطائرات، والسفن الحربية والغواصات، بما كسبت أيدي الناس من الظلم وكثره المطامع، وانتهاك الحرمات، وعدم مراقبة الخلاق، وطرح الأديان وراء ظهورهم، ونسيان يوم الحساب، وأطلقت النفوس من عقالها، وعاثت في الأرض فسادا، إذ لا رقيب من وازع نفسي، ولا حسيب من دين يدفع عاديتها، ويمنع أذاها، فأذاقهم الله جزاء بعض ما عملوا من المعاصي والآثام، لعلهم يرجعون عن غيهم، ويثوبون إلى رشدهم، ويتذكرون أن هناك يوما يحاسب الناس فيه على أعمالهم، إن خيرا فخير، وإن شرا فشر، فيخيّم العدل على المجتمع البشرى، ويشفق القوي على الضعيف، ويكون الناس سواسية في المرافق العامة، وحاج المجتمع بقدر الطاقة البشرية.[1]

"Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan akibat perbuatan yang dilakukan oleh tangan manusia, untuk memberi mereka rasakan sebagian dari apa yang telah mereka lakukan, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Maksudnya, kerusakan di dunia ini tampak akibat peperangan, penyerangan, pasukan, pesawat, kapal perang, dan kapal selam, yang semuanya disebabkan oleh perbuatan manusia berupa kezaliman, meluasnya ambisi, pelanggaran terhadap hak-hak, mengabaikan moralitas, serta membuang agama dari kehidupan mereka, melupakan hari pembalasan, dan membebaskan jiwa-jiwa dari kendali akal sehat. Mereka berbuat kerusakan di muka bumi, tanpa ada pengawasan dari dorongan batin atau aturan agama yang menahan keburukan mereka dan menghindari keburukan tersebut. Maka Allah memberi mereka balasan dari sebagian perbuatan maksiat dan dosa yang mereka lakukan, agar mereka mau kembali dari kesesatannya, sadar akan kebenaran, dan mengingat bahwa ada hari pembalasan di mana setiap amal akan dipertanggung jawabkan, jika baik maka balasannya baik, dan jika buruk maka balasannya buruk. Pada hari itu, keadilan akan meliputi manusia, dan yang kuat akan merasa belas kasihan terhadap yang lemah, serta manusia akan setara dalam hal pelayanan publik, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat."

Indonesia adalah negara hukum dan memiliki aparat sebagai alat negara yang harusnya tegas menegakkan hukum. Logikanya, penggundulan hutan secara besar-besaran dan penambangan yang gila-gilaan, tentu tidak bisa terjadi jika hukum ditegakkan dengan tegas. Negara tidak boleh membiarkan keserakahan terjadi!. Dan faktanya, banjir bandang terjadi. Ini sudah jelas, negara tidak mampu menghentikan orang-orang jahat dan rakus. Kok bisa? Ya sudah pasti, tidak amanah! 

Banjir bandang bukan hanya terjadi di penghujung tahun ini saja. Banjir bandang ini sudah berkali-kali. Ternyata, peringatan-peringatan itu diremehkan! Hutan sudah semakin gundul dan tidak sedikit yang memprotes dan mengkritik Indonesia. Tapi ya dasar bebal ya bebal saja! Orang yang serakah tidak peduli orang lain, nyawa atau harta orang lain biar saja hilang yang penting duit terus mengalir dan semakin kaya!

Jika peringatan yang tidak basa-basi itu terus diabaikan dan keserakahan tidak ditindak, potensi banjir bandang yang lebih besar bisa saja terjadi lagi, naudzu billah!

Jika monyet-monyet serakah ini kebal hukum, mereka tidak bisa lari dari azab kubur dan azab neraka. 

Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan dan kekuatan kepada bangsa Indonesia dan menghukum monyet-monyet negara ini dengan cara-Nya, aamin.

Wallahu A'lam.

Foto : Freepik

 _________


[1] Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Syirkah Maktabah Musthafa Al-Babi Al-Halabi, Mesir, Cetakan Pertama, 1365 H/1946 M, Juz 21, Hal. 55.

Bagikan Konten Melalui :