-->

Nasihati Terus Anakmu Walaupun Sudah Jadi Kyai Besar!

Da'i Ambassador Sebelum kita fokus pada judul tulisan, ada baiknya kita bahas ayat berikut:

???? ??????? ?????????? ???? ?????? ????????? ????????? ???? ????? ????????? ??? ??????????? ???? ??????? ???????? ???????? ????????? ????????? ??????????? ???????????? ?????????????? ??????????? ???????? ???????? ???????? ????? ???????????

“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya." (Q.S. Al-Baqarah: 133). Sababun Nuzul (sebab ayat ini turun): Orang-orang Yahudi mengeklaim bahwa ketika Nabi Ya’qub menjelang datang ajal, beliau berwasiat kepada anak-anaknya agar menjadi Yahudi. Mereka (Yahudi) menyampaikan klaim tersebut kepada Rasulullah SAW. Lalu turunlah ayat ini sebagai bantahan bahwa fakta sebenarmya adalah Nabi Ya’qub berwasiat agar anak-anak dan keturunan beliau memegang teguh ajaran tauhid sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh datuk-datuk mereka yaitu Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Mereka pun menjawab wasiat itu untuk selalu menyembah Allah, Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ismail dan Ishaq dan mereka menyatakan ber-Islam.[1] Beberapa poin menarik dari ayat di atas:
  • Berwasiat untuk hal-hal pokok, terutama berpegang teguh kepada agama Allah merupakan ajaran dan tadisi para Nabi. Untuk lebih jelasnya silakan pelajari satu ayat sebelum ayat di atas, yaitu Q.S. Al-Baqarah: 132 yang menggambarkan bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub berwasiat kepada anak-anak mereka agar ber-Islam sampai ajal tiba.
  • Wasiat adalah pesan dari orang yang akan meninggal dunia agar pesannya tersebut dijalankan setelah si pemberi pesan wafat. Dengan demikian, wasiat itu termasuk nasihat.
  • Jika para Nabi saja selalu memberikan nasihat atau wasiat kepada anak-anaknya yang juga Nabi, apalagi kita yang bukan Nabi. Lihatlah Nabi Ibrahim yang berwasiat dan memberi nasihat kepada sang anak, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq AS. Lihatlah juga bagaimana Nabi Ya’qub AS yang juga berwasiat dan memberi nasihat kepada anak-anaknya, yaitu Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya.
  • Ayat ini setidaknya mengajarkan kita secara tidak langsung agar orang tua tidak merasa sungkan untuk memberi nasihat atau wasiat kepada anak-anak mereka walaupun anak-anak mereka sudah berkeluarga atau sudah dewasa. Tidak perlu sungkan memberi nasihat kepada anaknya yang sudah menjadi Kiai, profesor, dosen, menteri atau siapapun mereka sekarang. Anak tetaplah anak.
  • Bagi kita yang sudah merasa dewasa, berpangkat, berilmu dan sukses, tidak perlu merasa bosan jika ada orang tua kita yang masih saja memberi nasihat. Ingat, nasihat dan wasiat adalah tradisi mulia, tradisi para nabi terhadap anak keturunan mereka yang juga Nabi. Ambillah keberkahan dari ajaran mulia ini dan terimalah nasihat dari orang tua dengan penuh cinta. Hilangkanlah kesombongan dalam diri karena sudah merasa besar dan sukses!
"Biar gimane juge, anak tetep anak. Ga ada ape-apenye ame orang tuenye. Sehebat apapun anak, ga bakal ade ntu anak kalo ga ada enya' ame babenye. Kalo die kesinggung atawe kage sreg dikasih nasehat babenye, ape die ngerase lebih hebat dari Nabi Ismail, Nabi Ishaq ame Nabi Ya'qub?" kata Kong Ali yang sangat rajin memberikan nasihat kepada anaknya, Marwan dan cucunya, Malih. Wallahu A’lam Tim Cordofa
[1] Lihat Tafsir Al-Baghawi Ma’alim At-Tanzil, Muhammad Ibn Al-Husain Al-Baghawi, Dar Thaibah, Riyadh: 1409 H. Juz1 hal.155   Foto : Unsplash

Bagikan Konten Melalui :