Nakhoda Yang Lelah

Semoga setiap lelah sang nakhoda yang ditanggung dengan sabar menjadi pahala yang manis di sisi Allah. Cuplikan artikel di atas tentu menarik untuk disimak secara utuh!

Da'i Ambassador

Suami ibarat nakhoda sebuah kapal. Ia dituntut menjadi sosok yang tangguh, bijak, dan terampil dalam mengemudikan bahtera kehidupan. Seorang nakhoda sejati bukan hanya pandai membaca arah angin dan ombak, tetapi juga sigap memahami bila kapalnya mengalami kerusakan, lalu berusaha memperbaikinya dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.

Di dadanya tertanam satu prinsip “penumpang kapal adalah segalanya.” Ia tak akan ragu mengorbankan dirinya demi keselamatan mereka. Dan penumpang kapal itu adalah istri dan anak-anaknya yang merupakan jiwa-jiwa yang ia cintai dan lindungi. Apa pun badai yang menghadang, nakhoda sejati akan berusaha memastikan kapalnya tetap kokoh, layak berlayar, dan membawa seluruh penumpangnya tiba dengan selamat di pelabuhan tujuan, yaitu kebahagiaan keluarga.

Namun, nakhoda juga manusia biasa.

Ada kalanya ia letih menahan gelombang, jenuh menatap cakrawala, dan membutuhkan waktu sejenak untuk beristirahat. Sebab, nakhoda yang kelelahan dan kehilangan semangat bisa berisiko bagi kenyamanan dan keselamatan penumpangnya.

Di sinilah kehadiran seorang istri menjadi penentu arah layar.

Istrilah yang menenangkan badai di hati suaminya, menyalakan semangatnya kembali, dan menghadirkan ketenangan di tengah kelelahan. Seorang istri yang pandai menghibur, memahami, dan memberi ruang bagi suaminya untuk beristirahat, sejatinya sedang menjaga laju kapal agar tetap seimbang.

Pantas saja, Rasulullah SAW mengingatkan para wanita tentang keutamaan menjadi istri salihah, salah satunya adalah istri yang menyenangkan hati suaminya, sebagai berikut:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ. (رواه ابو داود عن عمر ابن الخطاب رضى الله عنه).

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik harta simpanan seorang lelaki, yaitu istri salihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaganya (menjaga harta dan kehormatan suaminya atau juga kehormatan dirinya, pent).” (HR. Abu Daud dan Umar Ibn Al-Khattab RA).

Menyenangkan suami bukan sekadar berhias bak bintang film

Kecantikan fisik mungkin memikat mata, tetapi kelembutan hati dan kasih sayanglah yang menenangkan jiwa. Seorang istri yang lembut tutur katanya, hangat perhatiannya, dan tulus kasihnya, sejatinya sedang menghadiahkan kebahagiaan yang tak ternilai bagi suaminya.

Salah satu bentuk kasih itu adalah kesediaan memahami kebutuhan suami, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan rumah tangga, kebutuhan biologis bukan sekedar dorongan fisik, tetapi juga bagian dari kasih sayang dan keintiman yang menjaga keharmonisan. Hubungan suami istri yang sehat dapat menjadi jalan bagi keduanya untuk meredakan stres, mempererat cinta, dan menumbuhkan ketenangan hati.

Namun, jika seorang suami kerap menghadapi penolakan tanpa alasan yang dibenarkan, hal itu bisa menimbulkan tekanan batin yang berat. Stres yang dibiarkan menumpuk dapat mengganggu keseimbangan emosi, bahkan berdampak pada kesehatan tubuh, strok misalnya. Dalam Islam, seorang istri memang diperbolehkan menolak ajakan suaminya jika memiliki alasan syar’i,  seperti sedang haid, sakit, atau dalam kondisi yang benar-benar membahayakan fisik maupun mentalnya. Tetapi jika penolakan itu hanya karena rasa malas atau enggan tanpa alasan kuat, tentu hal itu tidak selaras dengan adab dan kasih dalam pernikahan.

Bayangkan sang nakhoda yang baru saja menepi setelah bertarung dengan ombak ganas. Ia lelah, namun berusaha tetap tegar demi penumpangnya. Betapa malangnya bila saat ingin beristirahat, tempat bersandarnya pun tak lagi nyaman. Ia mungkin sempat berpikir untuk meninggalkan kapalnya, tetapi cintanya terlalu besar. Ia memilih bertahan, meski kadang harus menelan pahitnya rasa sepi dalam kebersamaan.

Semoga setiap lelah sang nakhoda yang ditanggung dengan sabar menjadi pahala yang manis di sisi Allah.

Dan semoga setiap istri mampu menjadi pelabuhan tenang bagi suaminya  dan menajdi tempat ia kembali, berlabuh, dan menemukan damai. 

Wallahu A’lam.

Foto : Freepik

Bagikan Konten Melalui :