-->

Merayakan Tahun Baru

Da'i Ambassador Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pak Ustaz yang terhormat, izinkan saya bertanya mengenai hukum merayakan Tahun Baru. Seperti pada umumnya dilakukan masyarakat kita setiap malam tahun baru. Kebiasaan saya dari dulu selalu berkumpul pada malam itu sekedar bakar ayam, melihat kembang api atau petasan yang sangat meriah yang menyala-nyala di udara. Itu saja sih, Ustaz, sekedar hiburan saja. Hal ini saya tanyakan karena ada sebagian orang yang mengatakan bahwa agama kita melarang merayakan malam tahun baru karena meniru kebudayaan orang-orang kafir. Yang boleh kita lakukan adalah merayakan tahun baru hijriah karena hal tersebut termasuk merupakan kalender umat Islam. Demikian, Pak Ustaz! Atas jawabannya saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jawaban: Wa'alaikumussalam Wr. Wb. Sistem penanggalan internasional yang kita gunakan saat ini adalah sistem penanggalan Masehi. Penanggalan tersebut berdasarkan revolusi bumi matahari yang dalam bahasa Arab disebut kalender Syamsiyah. Adapun kalender yang digunakan oleh agama Islam berdasarkan perjalanan bulan mengelilingi matahari yang dalam bahasa Arab disebut dengan kalender Qamariyah. Baik kalender Syamsiyah maupun Qamariyah diakui kebenarannya oleh agama kita. Cuma saja yang dipilih oleh para sahabat adalah sistem penanggalan Qamariyah. Mengapa demikian? Karena berdasarkan fakta sejarah, Rasulullah selalu menggunakan kalender Qamariyah untuk memulai awal puasa dan dua hari raya. Hanya saja saat itu belum ada nama kalender yang secara resmi disebut Rasulullah. Dan sebetulnya sistem penanggalan Qamariyah sudah ada jauh sebelum Rasullullah lahir. Saat itu hanya ada nama bulannya saja seperti Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir dan seterusnya. Barulah setelah zaman Khalifah Umar nama kalender Qamariyah disepakati berdasarkan hitungan Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Para sahabat sepakat untuk memulai penghitungan kalender Qamariyah dengan nama kalender Hijriah dan diawali dengan bulan Muharram sebagai bulan pembuka dan diakhiri dengan Dzulhijjah setiap tahunnya. Seperti di awal saya katakan bahwa sistem penanggalan Syamsiyah maupun Qamariyah tidak dipungkiri oleh Al-Qur’an. Firman Allah SWT:

???? ??????? ?????? ????????? ???????? ??????????? ?????? ???????????? ????????? ????????????? ?????? ?????????? ???????????? ??? ?????? ??????? ??????? ?????? ?????????? ????????? ??????????? ???????? ???????????

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Yunus: 5).” Mengenai pertanyaan Anda, boleh saja senang dengan pergantian tahun selama tidak dikaitkan dengan kepercayaan bahwa tahun baru Masehi merupakan salah satu ritual atau tradisi agama lain. Toh pada kenyataannya kalender Masehi kita pakai untuk administrasi negara kita. Jika hanya diisi main catur, lihat kembang api, bakar ayam atau hal-hal lainnya selama tidak melanggar syariat ya tidak masalah. “Daripade ente begadang bakar ayam doang, melototin kembang api, mendingan ente bersukur aje! Mendingan malem taun baru ente muhasabah tuh, banyakan dose ape ibadah tuh selame taun kemaren! Mendingan ente nangis gare-gare umur ente setaun kemaren kotor ame dose-dose  dibandingin ibadah. Mendingan ente tahajjud dah daripade tiup terompet ame joget-joget kage karuan! Apalagi jogetnye campur aduk ame perempuan-perempuan bukan mahrom ente. Yang gue enek banget ade aje tuh yang dah tue bangke kaye gue nyang joged ame biduan pake nyawer sambil pake sarung, pake peci haji ame sorbannye. Emang die ga bise copot dulu tuh sorban!” begitulah nasihat Kong Ali kepada cucunya, Malih, yang ingin ikut-ikutan berjoged ria mengisi malam tahun baru. Wallahu A'lam Tim Cordofa   Foto : Unsplash

Bagikan Konten Melalui :