Keadilan Tidak Ditegakkan, Hancurlah Bangsa!
Peraturan atau hukum saja tidak cukup. Percuma saja jika hukum tidak dijalankan dengan baik, adil dan konsisten. Jangankan negara, main petak umpet, main klereng dan balap karung saja ada aturannya. Bayangkan jika peraturan dalam permainan diabaikan, kacau sudah! Sekalipun menang dari hasil curang, apa bisa dibanggakan? Lha wong pemenang KW kok! Simak artikel kali ini dengan judul Keadilan Tidak Ditegakkan, Hancurlah Bangsa!

Bangsa atau negara bukanlah suatu tempat yang dihuni atau dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu. Negara merupakan tempat tinggal dan berlindung bagi para penduduknya untuk hidup dengan aman, nyaman dan tenteram. Agar semua itu terwujud, tentu negara harus ada yang memimpin dan memiliki peraturan atau hukum yang sangat baik.
Peraturan atau hukum saja tidak cukup. Percuma saja jika hukum tidak dijalankan dengan baik, adil dan konsisten. Jangankan negara, main petak umpet, main kelereng dan balap karung saja ada aturannya. Bayangkan jika peraturan dalam permainan diabaikan, kacau sudah! Sekalipun menang dari hasil curang, apa bisa dibanggakan? Lah wong pemenang KW kok!
Jika permainan saja bisa rusak, apalagi negara? Tidakkah kita ingat ketika Firaun berkuasa? Untuk melanggengkan kekuasannya, berapa banyak sudah bayi laki-laki yang disembelihnya? Al-Qur’an sudah mengabarkan peristiwa tersebut beberapa abad silam melalui ayat:
وَإِذْ نَجَّيْنَٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ.
“Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (Q.S. Al-Baqarah: 49).
Masih ingat dengan negeri Saba yang Allah hancurkan? Sebelum dihancurkan, negeri tersebut merupakan negeri kaya, subur dan makmur. Mengapa malah dihancurkan oleh Allah? Ini sebabnya:
فَأَعْرَضُوا۟ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ ٱلْعَرِمِ وَبَدَّلْنَٰهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَىْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَىْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ ﴿١٦﴾ ذَٰلِكَ جَزَيْنَٰهُم بِمَا كَفَرُوا۟ وَهَلْ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلْكَفُورَ ﴿١٧﴾.
16. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsil dan sedikit pohon Sidr.
17. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
Dua ayat tadi hanya contoh kecil bagaimana suatu negara dihancurkan oleh Allah karena aturan hukum atau keadilan tidak ditegakkan.
Jika penegakan hukum hanya runcing ke bawah dan tumpul ke atas, maka hal itu merupakan salah satu indikasi kehancuran. Jika dibiarkan, maka kesewenang-wenangan akan merajalela. Hakimnya disumpal dengan segepok uang. Begitupun dengan jaksa, saksi dan pengacara.
Jika hukum atau keadilan tidak ditegakkan, yang terjadi adalah perampasan tanah dimana-mana. Lihat saja banyaknya video anak-anak dan ibunya yang menangis histeris karena sawah, kebun dan rumahnya dirampas oleh pihak tertentu yang mengaku punya sertifikat. Lah kok ada sertifikat ganda? Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia banyak mafia tanah dan hukum.
Lagi-lagi itu hanya contoh kecil. Jika mau jujur, banyak pengamat yang mengatakan bahwa kejahatan yang berlindung dibalik hukum di negeri ini sudah menjadi tontonan sehari-hari. Begitu, katanya.
Jika tidak ada amar ma’ruf nahi munkar, jika para ulama diam, penegak hukum banyak memihak kaum berduit, maka potensi chaos bisa terjadi. Hancurnya suatu negara merupakan bentuk kemurkaan Allah, salah satunya dengan membiarkan para mafia hukum, penjilat, koruptor, preman membuat onar karena kezaliman sudah merajalela. Silakan simak peringatan Allah berikut melalui ayat:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِى كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَٰبِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا۟ فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ﴿١٢٣﴾.
Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya. (Q.S. Al-An’am: 123).
Ini juga:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا ﴿١٦﴾.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).” (Q.S Al-Isra: 16).
Lalu bagaimana jika kita ingin negeri kita tidak hancur? Lawan kezaliman dengan segenap dan sesuai kemampuan. Jika kita hanya mampu berisik di Media Sosial, lakukanlah jika hanya itu yang kita mampu. Yang penting jangan diam!
Masih ingat dengan sabda Nabi yang sangat menekankan tegaknya keadilan? Mungkin kita masih ingat dengan hadis berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.
Dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu bahwa Orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang menggelisahkan, yaitu tentang seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata: "Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Sebagian mereka berkata: "Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Usamah pun menyampaikan masalah tersebut lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?" Kemudian beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda: "Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik