Islam dan Pedang

Assalamu'alaikum Wr Wb.
Mohon maaf, Pak Ustaz. Saya bertanya mengenai dakwah Islam di masa Rasulullah SAW dan para sahabat RA. Saya sangat terganggu dengan berbagai tuduhan dari para pembenci Islam. Salah satu tuduhan yang menyakitkan kita adalah agama Islam meluas karena pedang, artinya Islam memerangi suatu kaum atau negeri kemudian memaksa rakyat yang kalah itu untuk masuk Islam.
Saya juga mengetahui fakta sejarah bahwa peperangan di zaman Rasulullah dan para sahabat memang banyak terjadi. Hal inilah yang membuat saya tidak faham. Bagaimana cara kita untuk membantah tuduhan tersebut? Terima kasih.
Wassalam.
Jawaban:
Islam adalah agama kasih sayang dan menjadi Rahmat bagi seluruh alam semesta, sebagaimana firman Allah SWT:
?????? ????????????? ?????? ???????? ???????????????
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107).
Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah tentu tidak dengan satu metode. Periode Makkah saja juga bertahap metode dakwahnya. Kita masih ingat bukan ketika pertama kali perintah dakwah datang? Saat itu metode dakwahnya adalah dengan sembunyi-sembunyi. Dakwah hanya terbatas kepada anggota keluarga dan beberapa sahabat nabi yang sekiranya langsung menerima dan masuk Islam.
Metode berikutnya adalah ketika jumlah kaum muslimin semakin bertambah, yaitu berdakwah terang-terangan (secara terbuka) dan tentunya tidak sedikit yang menolak dan bahkan memusuhi Rasulullah dan para sahabat beliau di kala itu.
Karena Islam harus terus lestari, maka tibalah perintah berhijrah ke Madinah untuk mengembangkan dakwah Islam. Nah, barulah peperangan terjadi antara kaum muslimin dengan kafir Makkah. Yang pertama adalah perang Badar, dan kemudian perang Uhud. Kedua perang itu terjadi untuk mempertahankan Islam, bukan untuk menjajah kafir makkah.
Ketika Islam sudah semakin berkembang pesat di Madinah dan ditambah Fathu Makkah (penaklukan Makkah), maka metode dakwah tidak lagi sama sebagaimana sebelum hijrah dan baru hijrah di Madinah. Metode berikutnya adalah menyebarkan Islam (dakwah) melalui jalur diplomasi.
Dengan terbentuknya piagam Madinah, maka Islam saat itu sudah bisa dikatakan memiliki negara. Rasulullah SAW langsung yang menjadi kepala negaranya. Berdakwah via diplomasi dibuktikan dengan surat-surat yang dikirim oleh rasulullah kepada raja-raja di luar Madinah seperti kepada Raja Habasyah (Ethiophia), Muqaiqis (Mesir), Kisra (Persia), Heraclius (Romawi), Jaifar (Oman) dan lain-lain. Isi surat tersebut merupakan ajakan dari Rasulullah SAW agar para penguasa mau menerima Islam sebagai agama yang hak.
Berbagai tanggapan tentu muncul. Ada penguasa yang langsung menerima dan memeluk Islam, seperti Raja Habasyah dan Jaifar dan raja-raja lainnya. Ada juga yang menolak dengan keras bahkan merobek-robek surat tersebut seperti Kisra yang akhirnya hancur berantakan karena dilanat oleh Rasulullah SAW.
Dan tentunya ada juga yang tidak mau masuk Islam namun menghormati Rasulullah dan umat Islam dengan cara membayar jizyah (upeti) sebagai bantuan dana untuk mendukung dakwah Islam.
Lalu bagaimana dengan perang? Perang adalah langkah terakhir ketika upaya dakwah Islam dihalangi oleh pihak musuh. Perang terpaksa terjadi ketika metode diplomasi ditolak mentah-mentah dan menantang dan merendahkan kaum muslimin. Satu-satunya cara agar bisa masuk ke negeri tersebut adalah dengan cara berperang. Dan hal itu sudah sangat lazim di zaman itu.
Ketika Pasukan Islam berhasil mengusai negeri yang kalah dalam perang, pasukan muslimin dilarang :
- Membunuh pasukan musuh yang sudah menyerah
- Membunuh wanita, orang tua dan anak-anak (rakyat sipil).
- Menghancurkan rumah-rumah penduduk ateu tempat ibadah.
- Tidak boleh memaksa rakyat untuk masuk Islam. Mereka dipersilakan untuk terus memeluk agama mereka sebelum datang pasukan muslimin.
Dari sinilah terbukti bahwa dakwah Islam tidak disebarkan dengan pedang atau perang. Ketika aturan Islam berjalan di suatu negeri, disinilah rakyat melihat langsung dan menikmati indahnya ajaran Islam. Mereka menyaksikan langsung bagaimana keindahan akhlak kaum muslimin terhadap non muslim. Mereka merasakan betul keadilan sosial dan ekonomi ketika dipimpin oleh kaum muslimin. Keadilan sosial ini mereka tidak dapatkan dari raja-raja mereka sebelumnya.
Karena keindahan Islam yang nyata inilah mereka masuk Islam dengan sukarela, bukan dengan paksaan apalagi “pedang”.
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash