Bertamu Ke Rumah Terindah
Masuk masjid harus lepas alas kaki. Mau presiden, raja, konglomerat, jendral, tukang becak, tukang sol, sama semuanya. Lepas itu sepatu walaupun seharga lamborgini! Simak artikel berikut untuk menambah kecintaan kita kepada rumah Allah!

Jika melihat judul tulisan ini, mungkin umumnya para pembaca menduga bahwa rumah terindah itu adalah rumah paling mewah, megah, mahal, elit, semua isinya sudah komplit tersedia dan yang empunya adalah orang kaya yang bukan kaleng-kaleng.
Ya, kami maklum sih jika sebagian besar pembaca memiliki dugaan seperti itu. Karena rumah adalah salah satu material, maka secara umum tolak ukurnya juga bersifat material. Tapi kata yang perlu kita garis bawahi pada judul tulisan tersebut sebenarnya terletak pada kata sifatnya, terindah. Jika ini yang menjadi konsentrasinya, maka rumah yang indah itu tidak melulu harus mewah, elit dan mahal. Ada kok rumah yang biasa saja tapi indah dan elok dipandang mata dan nyaman untuk dihuni.
Sebelum membahas kemana-mana, penulis ingin bertanya ringan kepada pembaca dan berharap pertanyaan tersebut dijawab secara spontan di dalam hati. Spontan yang dimaksud adalah jawaban tanpa berfikir dan jujur.
Begini pertanyaannya, apakah hati pembaca merasa tentram setiap kali melihat masjid? Jika jawabannya adalah iya, maka judul tulisan tersebut jawabannya adalah masjid. Walaupun bangunannya tidak megah dan mahal, setiap masjid mempunyai daya magnet alami agar hati kita tentram karena faktor iman. Tentram itu bukan lagi urusan bangunan megah, indah atau mahal. Ada kok masjid yang sudah tua bahkan hampir rubuh saja masih membuat penghuninya tentram. Jika ada masjid yang bangunannya mengah, mewah dan artistik, itu sangat ideal tentunya.
Bahasan kita barusan adalah sudat pandang mengeni masjid dari zahir dan pengaruhnya terhadap jiwa kita. Namun jika kita mencoba sudut pandang value, nilai dan hakikat, maka masjid adalah bangunan paling terhormat diantara seluruh bangunan yang ada di dunia ini. Masjid lebih mulia dari Burj Khalifa, Menara Eifel, Shanghai Tower di China dan juga Tugu Monas.
Diantara kemuliaan masjid:
- Yang bisa masuk hanya muslim. Adapun non muslim, masih ada perbedaan pendapat para ulama. Sebagian pendapat mengatakan boleh non muslim masuk masjid dengan izin kaum muslimin. Adapun bangunan mahal dan mewah tentu tidak ada syarat seperti ini.
- Orang yang dalam kedaan junub tidak boleh masuk masjid menurut jumhur ulama. Adapun bagunan lainnya, tidak ada syarat seperti ini walaupun masuk ke istana raja atau presiden.
- Masuk masjid harus lepas alas kaki. Mau presiden, raja, konglomerat, jendral, tukang becak, tukang sol, sama semuanya. Lepas itu sepatu walaupun seharga lamborgini!
- Masuk masjid dengan niat I’tikaf memperoleh pahala. Berbeda ketika masuk bangunan lainnya, apalagi yang harus berbayar mahal, tidak ada pahala sama sekali walaupun harus bayar milyaran.
Melihat keistimewaan masjid, harusnya syarat masuk untuk memasukimya lebih ketat dong! Seharusnya masuk rumah Allah itu “sangat sulit” dan “sangat ketat” melebihi prosedur masuk istana. Namun karena besarnya kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya, Allah tidak mempersulit para hamba untuk mendatangi rumah-Nya, bahkan Allah memanggil dan membuka rumah-Nya kapan saja. Ya, tinggal kita saja yang mau menyambut panggilan-Nya atau tidak!
Terutama di bulan Ramadan yang mulia ini, umat Islam sangat dianjurkan untuk beri’tikaf, terutama di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Sejenak kita simak hadis Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ .رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu beri’tikaf pada bulan Ramadan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”. (HR. Bukhari).
Semoga hati kita selalu terpaut dengan masjid dan menjadi salah satu wasilah kita untuk mendapatkan payung di akhirat kelak ketika matahari berada 1 mil dari tubuh kita, aamiin.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik