Assalamu’alaikum Ustaz!
Berhubung sebentar lagi saya dan keluarga akan berangkat umrah, maka izinkan saya untuk menanyakan beberapa hikmah di balik pakaian ihram agar saya betul-betul mengerti dan menikmati syahdunya ibadah umrah. Ada beberapa hal yang membuat saya sangat ingin mengetahui apa hikmah dibalik pelarangan menggunakan parfum ketika seseorang sudah ihram, baik untuk haji atau umrah.
Satu lagi ustadz, apa hikmah dibalik pakaian ihram yang hanya dua helai itu. Bukankah seharusnya kita mengenakan pakaian terindah, terbaik dan termahal di saat menghadap Allah? Demikian, Pak Ustaz dan terima kasih atas pencerahannya.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Sebelum menjawab pertanyaan Anda, ada baiknya kita simak dulu satu hadis Rasulullah mengenai kriteria pakaian Ihram berikut Ini:
عَن سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ الْقَمِيصَ وَلَا الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا وَرْسٌ وَلَا الْخُفَّيْنِ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْهُمَا فَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ
Dari Salim dari Ayahnya dari Nabi SAW beliau bersabda: “Janganlah seorang yang berihram mengenakan kain gamis (jubah), surban, celana panjang, baju lengan panjang yang bertutup kepala dan tidak pula pakaian yang tercampuri dengan minyak za’faran dan wars (sejenis tumbuhan berwarna kuning atau kunyit) serta tidak pula mengenakan sepatu, kecuali jika ia tidak mendapatkan sandal, dan harus memotongnya lebih rendah dari kedua mata kaki.” (HR. Sembilan Imam, Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibn Majah, Malik, Ad-Darimi dan Ahmad)
Secara ringkas, pakaian ihram untuk pria:
- Pakaian tidak berjahit dan hanya dua helai. Satu untuk bawahan atau sarung, sedangkan satunya lagi untuk atasan atau baju. Gamis, kemeja, kaus, celana panjang atau sarung yang dijahit tidak boleh.
- Tidak boleh memakai penutup kepala seperti imamah, topi, atau peci.
- Pakaian yang memakai pengharum. Dalam hal orang yang berihram tidak boleh memakai wewangian.
- Tidak boleh memakai alas kaki yang menutupi mata kaki.
Masya Allah, coba kita perhatikan! Begitu sederhananya pakaian ihram. Biasanya kita akan menggunakan pakaian termahal atau pakaian terbaik kita ketika pergi ke luar negeri. Tapi untuk ihram, siapapun orangnya, harus menanggalkan semua pakaian kebesarannya. Presiden, jendral, milyuner, bahkan seorang syekh sekalipun tidak bisa menggunakan seragam atau pakaian yang menunjukkan identitas kedudukan sosialnya. Semua harus dicopot dan diganti dengan dua helai kain. Saat itu, semua manusia sama di hadapan Allah SWT. Semuanya mengiba dan mengemis kasih sayang dan ampunan Allah!
Selain kesederhanaan, mayoritas ulama mengambil hikmah bahwa dua helai pakaian ihram mengingatkan bahwa pakaian kita setelah mati adalah kafan, bukan jas mahal dan seragam kebesaran identitas.
Dan satu lagi, umrah atau haji adalah kegiatan ibadah yang pelaksanaannya pasti berkumpul. Thawaf, sa’i, wuquf dan lain-lain sudah pasti berbaur baik jamaah pria maupun wanita. Bukan hanya berkumpul, ritual haji mapun umrah adalah ritual fisik yang cukup melelahkan. Yang namanya kegiatan fisik, pasti berkeringat! Parfum yang seharusnya sangat diperlukan saat itu justru diharamkan. Ada apakah? Oh, ternyata bertujuan menghindari timbulnya syahwat antara jamaah pria dan wanita. Jika syahwat muncul, ibadah berpotensi rusak bahkan tidak sah, karena salah satu larangan keras ketika ihram adalah menikah, menikahkan dan berhubungan suami istri.
Tidak mengenakan pakaian berjahit, penutup kepala, tidak memakai wewangian dan tidak memakai alas kaki yang menutupi mata kaki adalah simbol kesederhanaan dan meninggalkan kemewahan di saat mengemis kasih sayang Allah dan ampunannya-Nya.
Belajarlah manasik haji atau umrah dengan penuh semangat dan penghayatan. Sangat disayangkan jika langsung saja berhaji atau umrah tanpa mengikuti manasik lebih dulu.
Jika bisa, ajarkanlah anak-anak kita manasik haji atau umrah. Jika sudah tahu ilmunya, kapan saja berangkat haji atau umrah sudah tahu ilmu dan hikmahnya.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Cordofa