Kabar Terbaru

Gempa dan Kita (Refleksi Mas Ali)

Secara tak sengaja, isak tangis begitu menyayat hati terdengar dari serambi sebuah masjid dua jam setelah isya’ berjamaah. Setelah didekati, ternyata suara isakan tangis itu berasal dari seorang remaja tanggung sekitar usia 15 tahunan. Masya Allah, remaja itu menangis membaca Q.S. Az-Zalzalah, namun tidak sampai habis surat itu terbaca. Ia hanya mampu membaca sampai ayat ke-5 saja. Ia tidak mampu melanjutkan ayat berikutnya. Ia hanya bisa terus menangis tersedu-sedu.

إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾ وَأَخْرَجَتِ ٱلْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾ وَقَالَ ٱلْإِنسَٰنُ مَا لَهَا ﴿٣﴾ يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾

(1). Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,

(2). dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

(3). Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?”

(4). Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,

(5). karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya.

Cukup lama remaja itu menangis sampai akhirnya ia cepat-cepat menghapus air matanya setelah saya dekati.

“Assalamu’alaikum!” sapaku padanya.

“Wa’alaikumussalam,” suara jawab salamnya masih tercampur dengan sisa tangis yang terpaksa ia hentikan.

“Saya Muhsin, nama Antum siapa?”, tanyaku.

“Saya Ali, asal Palu”, jawabnya.

“Apa yang membuat Antum menangis tersedu-sedu ketika membaca Surat Az-Zalzalah?”, tanyaku penasaran.

“Saya takut sekali dengan gempa di Hari Kiamat. Saya masih ingat sekali, beberapa tahun lalu saat gempa menimpa desa kami. Semua orang panik, semua orang menyebut nama Allah. Saya tidak sempat menolong seorang ibu dan dua anak kecilnya tertimpa runtuhan bangunan. Dan… kabar yang tidak ingin saya dengar ternyata sampai juga ke telinga saya. Ayah, ibu, dan dua adik saya meninggal dunia juga karena tertimpa runtuhan bangunan. Hanya saya sekarang sebatang kara, putus sekolah dan terpaksa merantau ke Jakarta ini, ikut kerabat saya.”

Yang mati ada kyai, ustadz, petani, pedagang, orang tua, anak kecil dan anak-anak seperti saya. Yang selamat dari gempa juga semakin miskin. Rumah sudah rata dengan tanah, toko-toko juga begitu. Ada kerabat saya yang baru selesai membangun rumah juga hancur berkeping-keping. 14 tahun ia menabung untuk membangun rumah. Hancur semuanya, hancur! Hanya sabar yang bisa membuat kami tidak gila! Hanya sabar dan ridha’ atas musibah yang menimpa kami inilah yang membuat kami tetap optimis bahwa Allah, dialah Raja segala raja yang sangat berkuasa memerintahkan tanah berdzikir dengan kuat dan bergoncang karena takut kepada-Nya! Hanya sabar dan kepedulian sesama muslimlah yang dapat menghibur kami sehingga kami tidak merasa sendirian! Jika gempa dunia saja sudah seperti ini dahsyatnya, apalagi gempa Hari Akhir!”, tangisnya semakin menjadi.

Tak sadar, akupun ikut menangis dan hanya bisa mengatakan, “Semoga Allah memberimu kekuatan kesabaran dan mengganti semua apa yang hilang darimu dengan yang lebih baik, sampai jumpa, Assalamu’alaikum!”, kataku sambil pamitan lalu meninggalkannya sendirian di serambi masjid itu.

“Ya Allah, ampunilah dosaku!” doaku dalam hati.

Semua adalah kehendak-Nya. Begitu mudahnya Ia menyuruh bumi untuk bergetar dengan sangat kuat dan merusak semua yang ada di atas permukaannya. Begitu mudahnya Allah mengubah keadaan seketika. Gedung-gedung pencakar langit bisa sangat mudah hancur berkeping-keping. Orang kaya bisa menjadi miskin, anak-anak menjadi yatim dan orang yang semula pintar bisa menjadi stres dan gila akibat kehilangan segalanya.

Di saat gempa dengan tiba-tiba tanpa kabar dan permisi, bisa saja ada yang mati ketika berjudi, mati ketika menipu, mati ketika berzina, mati ketika masih bermusuhan dengan tetangga atau saudara kandung dan kerabatmya.

Di saat yang bersamaan pula, ada yang mati ketika shalat, pulang dari masjid, mencari nafkah halal untuk keluarga, sedang sekolah, sedang pesantren, sedang mengajar, sedang membaca Al-Qur’an, sedang mengobati pasien dan mati dalam keadaan husnul khatimah lainnya.

Dialah Allah yang berhak mengingatkan manusia dengan memerintahkan alam untuk sedikit saja bergetar. Dialah yang berhak untuk memerintahkan hujan turun sesukanya. Dialah yang hanya berhak memerintahkan angin untuk bertiup dengan sesuka hatinya. Dialah yang hanya berhak memerintahkan laut untuk meninggikan ombak dan menggulung apa saja yang diterjangnya. Dialah Yang Maha Berkehendak. Dialah Raja yang tidak bisa ditentang titah-Nya!

Saya sangat berharap agar semua orang sadar. Semoga kesombongan tidak lagi menghiasi hidup. Semoga para pelaku maksiat segera bertaubat. Semoga kebaikan terus dilakukan, terutama ibadah ghairu makhdah. Yang namanya musibah seperti gempa, tanah longsor, tsunami, banjir bandang, puting beliung bisa datang begitu saja tanpa konferensi pers terlebih dahulu. Mereka datang secara tiba-tiba atas perintah Allah. Lebih baik mati dalam keadaan baik dari pada mati ketika membuat konten norak, merusak akhlak dan adu domba. Lebih baik mati sehabis menangis berdo’a dibanding mati sehabis pamer kesombongan, kekayaan, kekuasaan dan jabatan!

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *