Sesuatu yang sangat penting akan selalu diingatkan berulang-ulang. Ya memang begitu! Alasan diingatkan berulang-ulang itu agar yang diingatkan tidak lupa atau tidak lalai terhadap hal penting itu. Tapi ya begitu, terkadang yang diingatkan itu merasa jengkel atau meremehkannya.
Lihatlah penumpang pesawat, kapal laut atau kereta. Ketika tiket sudah dibeli baik via online atau offline, pada tiket sudah ditulis peringatan agar empunya tiket datang sekian menit sebelum jadwal keberangkatan. Sesampainya di bandara, stasiun atau pelabuhan, calon penumpang juga selalu diingatkan agar mempersiapkan diri dan agar tidak tertinggal. Biasanya peringatan tersebut disampaikan melalui pengeras suara dan tidak hanya sekali.
Ketika empunya tiket datang terlambat dan alat transportasi yang dipesannya sudah berangkat, apa jadinya? Kalimat manis yang disampaikan pihak penyedia transportasi bisanya begini, “Mohon maaf, Anda terlambat! Silakan membeli tiket kembali untuk jadwal keberangktan berikutnya!
Bagaimana dengan tiket yang sudah dibeli? Ya hanguslah! Salah siapa coba? Rugi biaya dan waktu tentunya. Yang lebih bahayanya lagi ketika sang penumpang sudah tidak punya uang lagi untuk membeli tiket sedangkan hari itu juga dia mesti berangkat!
Bagaimana dengan kehidupan di akhirat? Ya jelas sangat penting. Akhirat lebih penting dari tiket pesawat walapun kelasnya VVIP! Akhirat lebih penting dari duit 1.000.000.000.000 trliyun! Oleh sebab itulah banyak sekali peringatan yang Allah sampaikan berulang-ulang di dalam Al-Qur’an tentang pentingnya kehidupan akhirat. Tidak cukup “warning” melalui Al-Qur’an, Rasulullah juga sering kali mengingatkan kepada kita melalui hadis-hadis beliau.
Surga dan neraka adanya di alam akhirat, bukan di dunia. Siapapun diantara kita belum mengalaminya. Walapun begitu, banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang mengingatkan dahsyatnya neraka. Tentunya kita bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Rasulullah karena telah diingatkan terus tentang bahaya dan dahsyatnya neraka.
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sangat panjang dan abadi. Pilihannya hanya dua, nikmat atau sengsara. Nikmat adalah surga dan sengsara tentunya neraka. Satu hari di akhirat, lamanya setara dengan seribu tahun di dunia. Firman Allah SWT:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِٱلْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Betapa sengsaranya penghuni neraka. Jika dia menghuni neraka satu hari saja, maka sama saja dia disiksa, ditusuk, dipanggang, dibanting, kepalanya dipalu, minum air nanah yang mendidih selama seribu tahun ukuran dunia. Ingat ya, disiksa selama seribu tahun tanpa istirahat sedetikpun. Terus saja disiksa tanpa berhenti sedikitpun selama seribu tahun! Lalu bagaimana sengsaranya jika seorang menghuni neraka selama sejuta tahun di akhirat? Itulah horornya! Wajarlah Allah dan Rasul-Nya selalu berulang-ulang mengingatkan agar manusia tidak menginjak neraka walapun sedetik saja.
Jika rata-rata umur umat Rasulullah berkisar antara 60 – 70 tahun sesuai hadis shahih, maka setara dengan 1.5 jam versi hitungan akhirat. masyaAllah! Singkat nian hidup kita di dunia. 1,5 jam itu sudah termasuk tidur, dan bersenang-senang di dunia. Bisa jadi ibadah yang kita kerjakan di dunia hanya 45 menit saja menurut hitungan Allah.
Dan sebelum kita hidup di akhirat dengan begitu panjangnya, tentu kita hidup terlebih dahulu di alam barzakh (alam kubur). Di sini juga ngeri. Di alam kubur juga ada siksa dan nikmat. Jika di alam kubur saja sudah dapat siksa, maka kemungkinan besar di akhirat mengalami hal serupa, bahkan lebih dasyhat, hiii…
Dan sebelum mengalami alam kubur, kita tentu harus melewati kematian. Mati juga tidak kalah mengerikan. Setiap orang mengalami sekaratul maut yang sakitnya ibarat disabet 100 pedang! Hii!
“Lih, kalo aje ge ade alam kubur, alam akhirat, nerake ame surge, nih mulut dah sekate-kate! Kalo aje abis mati kite begitu aje kaye bangke ayam, ni kaki ude bebas ngelangke kemane suke. Kalo aje ga ade pengadilan akhirat, ni tangan ude negalkuin ape aje yang kite suke,” kata Kong Ali kepada cucunya, Malih.
Sebagai penutup tulisan ini, marilah kita manfaatkan sisa umur kita yang entah berapa lagi ini. Tingkatkan ibadah dan perbanyak amal saleh seperti infak dan sedekah. Dunia tempat bertanam, akhirat tempat memanen.