Kabar Terbaru

Duduk Dalam Salat

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Beredar video yang cukup viral mengenai jawaban seorang Ustaz ketika ditanya oleh salah satu jamaah dalam pengajian. Dalam video itu, sang Ustaz mengatakan bahwa salat yang jumlahnya dua rakaat seperti subuh dan salat sunah pada umumnya, maka duduk tahiyat akhirnya harus iftirasy (duduk seperti tahiyat awal pada salat maghrib). Sang Ustaz mengatakan bahwa duduk tersebut berdasarkan praktek Rasulullah dalam beribadah. Sedangkan kita di Indonesia dari dulu sampai sekarang melakukan duduk tawarruk pada salat subuh dan salat sunah lainnya.

Dengan beredarnya video tersebut, saya jadi ragu dengan salat saya karena dari saya kecil sampai sekarang saya selalu duduk tawarruk. Saya khawatir jika salat saya selama ini tidak sah dan harus mengulang. Jika benar demikian, tentu saya sangat tersiksa. Bagaimana mungkin saya bisa mengulang salat yang saya kerjakan puluhan tahun tersebut?

Pertanyaan saya, apakah yang disampaikan sang Ustaz dalam video itu benar?

Terima kasih atas pencerahannya.

Wassalam.

 Jawaban:
 Wa’alaikumussalam Wr Wb.

Mengenai duduk dalam salat, baik iftirasy dan tawarruk, semua sah saja, baik untuk tasyahud awal maupun akhir. Adapun yang paling afdal untuk memilih jenis duduk antara iftirasy dan tawarruk, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama 4 mazhab. Semua perbedaan tersebut masing-masing bersumber dari hadis Rasulullah SAW. Artinya, seluruh pendapat para ulama tersebut ada dasarnya. Perbedaan tersebut dikarenakan ragam pemahaman dalam memahami teks hadis atau ada kemungkinan perbedaan penilaian mengenai status hadis yang dijadikan istidlal.

Berikut kami ringkas pendapat para ulama mazhab:

  • Untuk duduk tasyahud awal: Disunahkan untuk duduk iftirasy menurut ulama hanafiyah, syafi’iyah dan hanabilah.  Adapun ulama Malikiyah, baik tasyahud awal maupun akhir, dua-duanya disunahkan duduk tawarruk. Adapun untuk kaum wanita, duduk tasyahud awal lebih disunahkan dengan duduk iftirasy karena auratnya lebih tertutup.
  • Untuk duduk tasyahud akhir: dilakukan dengan duduk iftirasy menurut ulama hanafiyah, dilakukan dengan duduk tawarruk menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Adapun ulama hanabilah memilih duduk iftirasy untuk salat subuh dan salat sunah yang dilakukan dua rakaat atau salat yang tidak ada tasyahud awalnya.
Boleh jadi sang Ustaz dalam video itu mengikuti pendapat mazhab hambali hanya saja tidak mau mengakuinya dan langsung mengklaim bahwa duduk seperti ini berdasarkan hadis nabi. Padahal banyak hadis lainnya yang membahas duduk tawarruk maupun iftirasy.

Sekali lagi, ragam pendapat ulama 4 mazhab di atas betul-betul berlandaskan hadis nabi. Sangat mungkin Rasulullah SAW melaksanakan semua duduk tersebut baik untuk tasyahud awal atau akhir. Namun lebih sering manakah yang dilakukan nabi? Inilah yang mungkin menjadi perbedaan para ulama untuk menentukan ke-afdalan antara iftirasy atau tawarruk dalam tasyahud, baik tasyahud awal atau akhir.

Melalui keterangan yang kami sampaikan, Anda tidak perlu khawatir dengan salat yang selama ini Anda lakukan karena hukumnya tetap sah.

Demikian dan semoga bermanfaat.

 Wallahu A’lam.

Referensi:

  • Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh (Fiqh perbandingan 4 madzhab oleh As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili)
  • Kitab Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah (Fiqih 4 madzhab oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi).
  • Fath Al-Qarib Al-Mujib oleh Syaikh Muhammad Ibn Qasim Al-Ghuzzi
———————–

ألفقه ألاسلامى و أدلته:

وأما صفة الجلوس للتشهد الأول: فهي الافتراش عند الحنفية والشافعية والحنابلة، وهو أن يجلس على كعب يسراه بعد أن يضجعها، وينصب يمناه. وتتورك المرأة عند الحنفية؛ لأنه أستر لها، ودليل الافتراش حديث عائشة: «وكان يفرش رجله اليسرى، وينصب اليمنى»

وحديث وائل بن حجر: «أنه رأى النبي صلّى الله عليه وسلم يصلي، فسجد، ثم قعد فافترش رجله اليسرى»  وحديث أبي حميد «أن النبي صلّى الله عليه وسلم جلس ـ للتشهد ـ فافترش رجله اليسرى، وأقبل بصدر اليمنى على قبلته»  وحديث رفاعة بن رافع «أن النبي صلّى الله عليه وسلم قال للأعرابي: إذا سجدت، فمكِّن لسجودك، فإذا جلست فاجلس على رجلك اليسرى».

وقال المالكية: يجلس متوركاً في التشهد الأول والأخير، لما بينا، ولما روى ابن مسعود: «أن النبي صلّى الله عليه وسلم كان يجلس في وسط الصلاة وآخرها متوركاً»

وقال الحنفية: الجلوس للتشهد الأخير كالتشهد الأول، يكون مفترشاً، لحديث أبي حميد.

وقال الشافعية والحنابلة: يسن التورك للتشهد الأخير، وهو كالافتراش، لكن يخرج يسراه من جهة يمينه، ويلصق وَرِكَه بالأرض، بدليل حديث أبي حميد: «حتى إذا كانت الركعة التي تنقضي فيها صلاته، أخَّر رِجْله اليسرى، وقعد على شقه متوركاً، ثم سلم».

والأصح عندهم: يفترش المسبوق والساهي.

والخلاصة: أنه يسن التورك في التشهد الأخير عند الجمهور، ولا يسن عند الحنفية، إلا أن الحنابلة قالوا: لا يتورك إلا في صلاة فيها تشهدان، فلايتورك في تشهد الصبح.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *