Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Begini pak Ustaz, di setiap bulan Rajab, saya biasa membaca doa Allahumma Barik lana Fi Rajaba Ea Sya’bana Wa Ballighna Ramadhan. Doa tersebut kurang lebih bermakna permintaan kita kepada Allah agar kita diberkahi di bulan Rajab dan Sya’ban dan Allah berkenan mempertemukan kita dengan bulan Ramadan agar kita bisa beribadah dan menggapai Lailatul Qadar di bulan tersebut.
Suatu ketika saya membaca doa tersebut sehabis salat dan ternyata terdengar oleh teman saya. Setelah selesai berdoa, teman saya berkomentar seperti ini, Pak Ustaz, “Sebaiknya doa itu jangan dibaca lagi. Doa itu berasal dari redaksi hadis dha’if (lemah)!”
Karena saya awam dalam ilmu agama, saya hanya diam dan tidak membalas komentarnya. Dalam hati saya bertanya-tanya, benarkah doa tersebut tidak boleh dibaca, karena doa tersebut saya peroleh dari orang tua saya dan guru ngaji saya dulu waktu kecil?
Pertanyaan saya, benarkah apa yang dikatakan kawan saya itu, Pak Ustaz?
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Betul sekali bahwa doa yang biasa Anda baca di bulan Rajab dan Sya’ban dengan redaksi sebagaimana yang Anda sebutkan memang berasal dari sebuah hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:
كانَ إذا دخلَ رجبٌ قال : ” اللهمَّ بارِكْ لنا في رجبٍ و شعبانَ، و بلِّغْنا رمضانَ وكانَ إذا كانتْ ليلةُ الجمعةِ قال : هذه ليلةٌ غراءُ، و يومٌ أزهرُ “
“Ketika masuk bulan Sya’ban Nabi saw sering berdoa: “Ya Allah, Ya Allah berkahilah kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadan.” Beliau juga bersabda: “Malam Jumat adalah yang indah dan hari Jumat adalah hari yang cerah.” (HR. Al-Baihaqi dan Ibn Asakir dari jalur Anas Ibn Malik).
Hadis di atas dinilai dha’if oleh Al-Imam As-Suyuthi dalam kitab-nya Al-Jami’ As-Shaghir.[1] Begitu juga dinilai dha’if (lemah) oleh banyak ahli hadis.
Apakah mengamalkan hadis dhaif tidak boleh? Tergantung! Hadis di atas masuk pada katagori fadhail a’mal (keutamaan suatu amalan). Dan isi hadisnya (matan) adalah doa. Dengan demikian membaca doa tersebut hukumnya boleh.[2]
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
[1] Muhammad Abdur Razaq Al-Munawi, Faid Al-Qadir Syarh Al-Jami’ As-Shaghir Min Ahadits Al-Basyir Wa An-Nadzir (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmuyah, 1422 H), Juz 5, hlm. 167
[2] Lihat pendapat Ibn Hajar dalam syarat mengamalkan hadis dhaif
Foto : Unsplash