Kabar Terbaru

Dakwah dan Kapal Laut: Menjelajahi Samudra

dakwah di kapal laut

Udara pagi terasa begitu lembab di tengah hamparan samudra yang luas. Perjalanan 5 hari kami kemarin ditempuh menggunakan kapal KM Nggapulu, sebuah kapal yang dapat menampung ratusan penumpang yang siap berlayar mengarungi luasnya samudra.

Nama saya Aldi. Saya adalah salah satu volunteer Dai Samudra Dompet Dhuafa bersama Khasan Abdulloh untuk masa pelayaran 29 Agustus – 11 September tujuan Banda Neira. Menjadi seorang dai atau penyeru kepada kebaikan adalah kewajiban kita semua. Seorang dai bukanlah profesi seorang ustadz, ustadzah atau para ulama. Tetapi kita semua yang hidup di dunia ini memiliki tugas sebagai seorang dai, sebab sejatinya kita adalah dai sebelum menjadi apapun. Sebuah pengalaman pertama nan berkesan bagi kami pengalaman berlayar dengan kapal laut mengarungi samudra luas, sembari mengemban tugas mulia dalam rangka menebarkan nilai-nilai kebaikan kepada sesama.

Banyak hal yang bisa diambil dari perjalanan di kapal hingga sampai kepada tujuan akhir yaitu banda neira. Berdakwah di kapal bersama masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai suku dan daerah tentu menjadi tantangan tersendiri.

Waktu sudah menunjukan pukul 11.45, kami segera mengambil air wudhu dan bergegas masuk ke dalam musholla. Ada hal unik di kapal ini. Bahwa setiap hendak melaksanakan shalat, akan diberitahukan terlebih dahulu oleh petugas kapal terkait waktu masuk shalat dan arah kiblat, karena selama perjalanan di kapal akan terjadi perubahan zona waktu dan tempat seiring dengan arah berlayar kapal sehingga membuat arah kiblat berubah menyesuaikan dengan kondisi.

Shalat dilakukan dengan jama’ qashar. Setelah selesai shalat kami langsung menemui DKM Musholla Ar-Rofi, pak Munarwan. Kami memperkenalkan diri dan menjabarkan maksud dan tujuan kami selama dalam perjalanan.

Setelah mendapatkan tempat beristirahat, kami sejenak berkeliling kapal seraya memandang lautan luas. Menyapa setiap penumpang muslim, menambah kehangatan hati bahwa kita ini adalah satu saudara.

Kami sejenak berhenti ketika lelah mengelilingi kapal. Pada saat itu ada 2 orang pemuda yang tengah duduk bersandar di pembatas kapal. Kedua pemuda ini berasal dari Sulawesi, dan salah satu dari mereka adalah seorang muallaf. Aku menyimak sedikit cerita dirinya memeluk agama Islam. Hal ini bermula dari salah satu keluarganya yang mendapat perlakuan baik nan hangat dari masyarakat muslim di lingkungannya. Islam adalah rahmat semesta alam, Islam pun mengajarkan kebaikan dan kasih sayang untuk semua umat manusia. Takjub dan luluh dengan baiknya akhlak kaum muslimin, salah satu dari keluarganya memutuskan untuk masuk Islam. Kemudian satu per satu dari keluarganya turut masuk Islam, termasuk pemuda ini. Aku senang mendengar kisahnya. Alhamdulillaah kami masih berhubungan baik sampai saat ini.

Memandang lautan lepas sembari bermuhasabah diri karena nikmatnya karunia yang Allah berikan. Bahwa berdakwah tidak hanya menggunakan jalan perkataan untuk dapat memikat banyak hati. Dakwah akan lebih mudah sampai dari hati ke hati ketika ia dihiasi dengan hikmah, nilai-nilai positif, serta keteladanan diri.

Kami melanjutkan ekpsedisi keliling kapal keesokan harinya dan melihat ada sekelompok pemuda di Deck 7 sedang duduk di pelataran sambil menghisap rokok. Kami putuskan ikut membaur dengan mereka seraya memperkenalkan diri. Para pemuda ini masih bersekolah, berasal dari Lampung dan pergi ke timur untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Heran melihat seorang siswa yang merokok di umur mereka yang masih muda. Karena para pemuda ini lah tonggaknya kemajuan Islam. Islam maju karena para pemuda.

Pemuda memiliki kekuatan yang besar dan kelebihan karena Allah mengkaruniakan ini hanya kepada kaum pemuda. Menelisik kembali terkait pembicaran yang mereka lakukan, ternyata salah satu dari mereka mendapat cobaan yaitu hilangnya dompet beserta uangnya. Kami hanya dapat menyarankan untuk tetap berhati-hati, apalagi para pemuda ini khawatir menjadi incaran pencuri lain. Kami sedikit berbagi kisah tentang dunia dan akhirat, bahwa kejadian yang mereka alami ini adalah sebuah cobaan untuk menguji sebarapa terlenanya diri dengan dunia. Dunia ini bersifat fana dan sementara. Apabila itu rezeki kita, pasti akan kembali kepada kita. Namun jika tidak, sudah sepatutnya kita bersyukur akan kejadian ini karena pasti akan ada hikmah di balik skenarionya Allah.

Kisah menarik selanjutnya datang ketika kami bertemu dengan seorang pemuda lain. Pemuda ini adalah mantan Anak Buah Kapal yang lari dari kapalnya untuk pulang karena tidak tahan menjadi seorang ABK. Pemuda ini kabur tidak membawa barang apapun, semua barangnya tertinggal di kapalnya dan bahkan pemuda ini tidak memiliki bekal yang cukup dalam perjalanan pulang. Kami mengajaknya untuk makan bersama dan memintanya berbagi kisah perjalanannya.

Pemuda ini kabur karena mendapat perlakukan tidak baik dari kaptennya, bahkan tidak jarang mendapat perlakukan fisik. Pemuda ini berumur kurang lebih 19 tahun, masih terbilang sangat muda tetapi sungguh berani mengambil langkah menjadi seorang ABK. Karena pemuda ini meyakini jika menjadi ABK akan mendapat uang yang banyak, tetapi pekerjaan ini tidak mudah dijalani karena resikonya cukup besar. Salah satu syarat menjadi ABK adalah baru diperbolehkan pulang bertemu keluarga ketika sudah melaut selama setengah tahun atau bahkan lebih. Menjadi ABK membutuhkan fisik yang kuat dalam kerjanya, tak heran jika ABK rata-rata memiliki badan yang besar karena membutuhkan fisik yang tangguh. Karena pemuda ini tidak kuat, akhirnya memberanikan diri untuk pulang untuk bertemu keluarganya.

Uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Kita meyakini bahwa rezeki sudah ditetapkan bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Tugas kita hanyalah berusaha menjemput rahmat-Nya, orientasi kerja keras kita hanya kepada Allah. Ketika kita sudah benar dalam urusan kepada Allah. Pasti rahmat-Nya pun akan turun untuk memenuhi kebutuhan kita, kadang tanpa kita minta Allah akan senantiasa memberi yang terbaik kepada hamba-Nya karena Allah Maha Penyayang. Kita mesti bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini yang tidak dimiliki orang lain. Kita bersyukur bertemu dengan kejadian-kejadian yang terkadang membuat diri mengeluh, tetapi setiap kejadian Allah selalu memberi hikmah. Kejadian-kejadian yang Allah berikan untuk memperkuat diri kita, karena tidak mungkin Allah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Setelah makan bersama dan berbincang hangat, pemuda ini kembali ke ruang istirahatnya.

—–

Melihat indahnya lautan samudra, memikirkan antara dakwah dan kapal laut. Keduanya ini memiliki hubungan yang bernilai dan makna filosofis kehidupan. Karena inilah dakwah. Jika kita analogikan sebagai kapal laut, maka kita tahu bahwa keselamatan seluruh penumpang kapal bukan hanya menjadi tanggung jawab sebagian orang atau ABK saja. Tapi semua orang yang ada di atas kapal harus ikut terlibat untuk bertanggung jawab. Apa yang terjadi jika ABK bekerja sepenuh tenaga menjaga kapal, tapi penumpangnya justru merusak dan melubangi kapal? Apakah yang akan tenggelam hanya pembuat ulahnya saja? Tentu tidak.

Karena begitulah tugas kita sebagai seorang muslim. Perlu saling mengingatkan dalam kebaikan, kita sama-sama memiliki tanggung jawab dalam menyampaikan sebuah berita gembira agar dapat membuat saudara-saudara kita sadar akan keislamannya dan kembali kepada-Nya dan kita semua diharapkan untuk selalu berbuat kebaikan dimanapun dan kapanpun, semampu yang kita bisa. Ilmu apapun yang kita punya adalah pegangan yang akan menjadi bekal dakwah kita.

Islam telah membawa perubahaan dari gelap menuju terang. Menjadikan suatu daerah, kaya akan keberkahan. Menuntun setiap manusia ke jalan yang benar agar tidak tersesat. Islam sebagai kompas kehidupan laksana kapal penumpang. Sebesar apapun kapalnya, pasti membutuhkan sebuah kompas untuk menunjukkan arah berlayar. Sehingga apabila kapal tak memiliki kompas, niscaya ia akan berlayar tanpa arah dan bahkan tidak sampai pada tujuan akhir.

Perjuangan dakwah ini dilalui dengan jalan terjal dan berliku. Tidak jarang dalam dakwah akan mendapatkan hal-hal yang tidak disukai saat memilih untuk melewati fase kehidupan ini. Sudah merupakan sunatullah bahwa perjuangan ini akan mendapatkan ujian yang tak bertepi. Namun sabar dalam menghadapinya, yakin bahwa Allah SWT telah menjanjikan kenikmatan yang tidak ada batasnya.

Terima kasih, Dompet Dhuafa atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk bisa turut menjadi volunteer Dai Samudra.

Wallahu’alam bishawab.

Oleh: Aldi Apriliana

Baca Juga: Berdakwah Melintas Samudra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *