Kisah Ustadz Khumaini Rosadi, Dai Ambassador Dompet Dhuafa – Italia.
Inilah kota Roma. Di dalam sejarah disebutkan sebagai kota peradaban yang banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah. Bangunan-bangunan menjulang kokoh, menandakan kecerdasan pada zaman itu. Ribuan tahun bahkan sebelum peradaban Islam, peradaban Romawi ini sudah berdiri. Diabadikan juga dalam Al-Qur’an surat ar-Ruum, tentang bukti adanya kehebatan Romawi pada zaman dulu. Di kota Roma pun berdiri negara Istimewa tersendiri, yaitu Vatikan.
Kota Roma memang ramai penduduk, setiap siang hari tidak pernah berhenti lalu-lalang mobil, bus, dan motor. Kendaraan-kendaraan itu menjadi pemandangan di hadapan saya yang tengah bersafari dakwah di kota ini untuk memberikan pesan-pesan kebaikan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamain. Di pusat kota Roma pula berdiri gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Italia yang bertanggung atas seluruh keberadaan dan hukum WNI di Italia. KBRI Italia merupakan mitra dakwah program Dai Ambassador Dompet Dhuafa sehingga selama menjalankan dakwah di sini, saya dapat bermukim di kantor KBRI Italia. Salah satu petugas KBRI Italia menjelaskan bahwa kantor KBRI di Roma ini dibeli oleh pemerintah Indonesia sejak dulu.
“Kantor KBRI ini dibeli oleh pemerintah Indonesia pada zaman Soekarno dulu, sekitar tahun 1952,” jelasnya.
Gedung KBRI Italia memiliki empat lantai. Di lantai dua terdapat wisma yang saat ini menjadi tempat tinggal saya selama bulan Ramadhan. Arsitektur merancang gedung ini bergaya Roma sebagai upaya melestarikan khas setempat, dan tidak boleh dipugar atau diubah bentuknya oleh pemerintah, kecuali hanya sekadar merenovasi bagian-bagian dalam yang retak.
Di kota Roma, Islam merupakan agama minoritas, tetapi toleransi tetap terjaga. Siapa pun boleh tinggal di Roma, selama tidak berbuat jahat atau kriminal. Menurut Pak Asra, salah seorang petugas KBRI Italia, di sini terdapat Masjid yang bisa dibilang Masjid terbesar untuk kalangan Eropa, dibangun atas kerjasama dengan OKI. Dalam melaksanakan Ibadah, umat Islam sangat antusias sekali, terbukti dengan didatangkannya ustadz atau mubaligh pada setiap bulan Ramadhan. Dan di sini pun sudah ada ustadz yang selalu membimbing keIslaman dan mengarahkan para diplomat dan masyarakat pada amal kebaikan, yaitu Ustadz Adnan. Pada saat ini cuaca cenderung panas, bersuhu 27 derajat celcius, dan masyarakat muslim berpuasa sekira 18 jam, waktu subuh dimulai pada pukul 03.30 dini hari dan maghrib pukul 20.39 waktu Roma.
Selama Ramadhan beragam kegiatan dilakukan oleh penduduk muslim, seperti kajian dzuhur, kajian ibu-ibu muslimat yang diadakan setiap Rabu dan Jum’at, diadakan di rumah, Musholam terkadang di aula utama KBRI Italia. Pengajian anak-anak dilakukan setiap hari jum’at. Sedangkan pada Sabtu dijadwalkan buka bersama, bergantian dari Roma lalu berikutnya Milan atau Vatikan. Di sinilah ajang silaturahmi warga negara Indonesia dengan berbagai lapisan, diantaranya mahasiswa, karyawan, diplomat, dan lain-lain.
Atas nama persatuan Muslim di Roma, terbentuk sebuah organisasi yang bernama NUR (Nadwah Ukhuwah Roma) diketuai oleh Bapak Yusran, dibantu oleh pengurus-pengurus yang hebat seperti Bapak Asraruddin Salam, Bapak Haris, Bapak Asep, Bapak Didit, Ustadz Adnan dan sebagainya. Kebersamaan selalu terlihat meskipun tertutup oleh gerbang pintu kantor yang selalu terkunci kuat dari dalam.
Demikianlah keberadaan dan kebersamaan Muslim Indonesia di Roma, semoga kuat mempertahankan persaudaraan dan dapat membanggakan Indonesia di mata dunia umumnya dan di Eropa khususnya.
Baca Juga: Sebarkan Nilai Ziswaf untuk Dunia, Dompet Dhuafa Kirimkan Dai ke 20 Negara dan Berdayakan Ratusan Dai di Penjuru Nusantara