Kabar Terbaru

Cordofa Bekali Peserta Sekolah Dai Dompet Dhuafa Keterampilan Totok Punggung dan Ruqyah Syariyah

Tangerang Selatan – Dompet Dhuafa membekali para peserta Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 dengan materi “Totok Punggung” dan “Ruqyah Syar’iyah” sebagai bekal dai ketika diterjunkan ke masyarakat di berbagai daerah pada Rabu (9/11) di Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan.

Pengajar pada sesi kali ini masing-masing adalah Terapis Totok Punggung Ustadz Raden Hanhan Ahmad Burhanudin dan Bidang Diklat Asosisasi Ruqyah Syar’iyyah Indonesia (ARSYI) Pusat Ustadz Junaedi.

Kang Burhan, panggilan akrab Ustadz Raden Hanhan Ahmad Burhanudin, yang mengulas seputar hidup sehat dengan totok punggung menceritakan motivasinya dalam menekuni keahlian tersebut bermula ketika rekan-rekannya mengalami cidera dan dislokasi sendi bahu akibat terjatuh dari jembatan dalam sebuah kegiatan outbound yang diikutinya pada tahun 2002, namun setelah ditotok oleh seseorang yang kini menjadi gurunya selama sejam sembuh seketika.

“Totok punggung sejatinya adalah suatu metode pengobatan yang dilakukan dengan cara memberikan stimulan berupa penotokan pada titik-titik atau simpul syaraf tertentu yang terpusat di area punggung, yang mana titik atau simpul tersebut itu terkoneksi langsung dengan keluhan penyakit atau organ yang sedang mengalami gangguan,” ucap Kang Burhan.

Ia mengatakan terapis hanya akan melakukan penotokan di bagian punggung tanpa menyentuh bagian tubuh yang bermasalah. Penyakit akan terjadi apabila aliran darah tidak lancar, sementara pusat peredaran darah terletak di punggung. Jadi untuk tetap sehat, lanjut Kang Burhan, area punggung harus steril dari penyumbatan.

Kang Burhan sedang menyampaikan materi “Totok Punggung” di hadapan para peserta Sekolah Dai Pemberdaya Dompet Dhuafa Batch 8 pada Rabu (9/11) di Wisma Syahida Inn, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terkait hakikat ruqyah syar’iyah, Ustadz Junaedi menjelaskan pengertiannya menurut Syekh Nashiruddin al-Albani adalah bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW yang shahih, untuk memohon kesembuhan dari gangguan yang ada dan meminta perlindungan dari kejahatan yang dikhawatirkan akan datang kepada Allah SWT.

“Kriteria ruqyah syar’iyah (menurut) Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah dengan mengutip perkataan Imam Qurthubi rahimahullah, ruqyah yang dibolehkan adalah ruqyah yang terdiri dari kalam Allah atau al-Qur’an, atau asma’-Nya, atau dengan doa yang telah diajarkan Rasulullah SAW,” terang Ustadz Junaedi.

Menyoal apakah ruqyah harus berbahasa Arab, ia mengutip perkataan Syekh al-Maziri bahwa semua ruqyah boleh apabila bacaannya terdiri dari kalam Allah SWT atau sunnah Rasulullah SAW. Dan ruqyah itu terlarang apabila terdiri dari bahasa non Arab atau dengan bahasa yang tidak dipahami maknanya, karena dikhawatirkan ada kekufuran di dalamnya.

Ustadz Junaedi berfoto bersama para peserta Sekolah Dai Pemberdaya Dompet Dhuafa Batch 8 di Fatmawati, Jakarta Selatan. Turut hadir dalam sesi kali ini Officer Kemitraan Dakwah Nasional Dompet Dhuafa Ustadz Awang Ridwan Syuhaedi.

Dompet Dhuafa menggelar Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 di bawah Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) selama 30 hari di Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan. Dengan kombinasi materi di ruang kelas dan praktek di lapangan, 20 peserta terpilih dari berbagai daerah Aceh hingga Papua diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dakwah transformatif Dompet Dhuafa di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan dakwah rahmatan lil ‘alamin sesuai core values Dompet Dhuafa.***

Para peserta Sekolah Dai Pemberdaya Dompet Dhuafa Batch 8 sedang mempraktekkan ruqyah syar’iyah di Fatmawati, Jakarta Selatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *