Kabar Terbaru

Breakpoint Diaspora Indonesia di Hong Kong

Oleh: Ust. Khumaini Rosadi (Dai Ambassador Dompet Dhuafa, 2018 – Hong Kong)

Akhir pekan adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong. Sebab pada hari itu mereka banyak yang libur bekerja. Pada kesempatan itu mereka gunakan untuk kumpul bersama teman-teman seperjuangan atau silaturahmi. Tempat titik kumpul mereka pun sangat sederhana, tidak muluk-muluk. Tidak harus mahal ke gedung. Tidak menyewa pendopo atau hotel. Tapi mereka berkumpul dengan hanya menggelar tikar di bawah jembatan atau tangga penyeberangan orang yang kosong. Inilah breakpoint ala diaspora Indonesia atau tempat kumpulnya orang-orang Indonesia dari berbagai daerah.

Mereka berkumpul dengan berbagai macam tujuan. Ada yang main arisan, paguyuban, kesenian, keterampilan, bahkan pengajian. Jangan salah sangka, kalau di Hong Kong itu tidak ada pengajian, buktinya di sini banyak majelis taklim dan komunitas muslimah. Di sini, BMI bisa belajar ngaji Al-Qur’an, menambah wawasan dengan berbagai macam keterampilan, serta bergabung dengan himpunan atau perkumpulan yang santun dan membentang kebaikan. Menjalankan ibadah puasa pun tidak ada hambatan.

Menurut Muhammad Ilham, General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong, mengatakan bahwa BMI di Hong Kong lebih dari 140.000 jiwa.

“BMI didominasi oleh kalangan perempuan, sedikit sekali yang saya temui dari kalangan laki-laki. Di sinilah dibutuhkan pencerahan dan motivasi kebaikan untuk buruh migran. Terutama di bulan Ramadhan ini, sangat dibutuhkan pencerahan dari para Ustadz dan Ustadzah, agar mereka diingatkan untuk selalu beramal soleh dan menjaga iman,” jelasnya.

Pada bulan Ramadhan ini, untuk negara Hong Kong didatangkan banyak ustadz dan ustadzah dari Indonesia, bukan hanya dari Dompet Dhuafa, tetapi dari lembaga lain juga, seperti PCNU.

Para dai yang didatangkan harus mempuni dalam hal keilmuan. Fasih membaca al-Qur’an, memiliki hafalan al-Qur’an minimal 10 juz, mahir berbahasa Arab dan Inggris, dapat menyampaikan pesan kebaikan dengan penuh hikmah, karena setiap selesai pengajian akan ada sesi tanya jawab, meskipun terkadang dalam tanya jawab itu ada pertanyaan-pertanyaan dari para buruh migran yang sedikit di luar dari apa yang dibayangkan sebelumnya. Mungkin tidak pernah mendengarnya ketika belajar di pesantren. Mungkin para dai akan kaget ketika mendapatkan pertanyaan, dan ternyata pertanyaan itu kasusnya hanya ada di Hong Kong. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan juga keilmuan yang mumpuni dari para dai, tidak asal menjawab, tidak juga asal menghalalkan dan memudahkan sehingga mereka menjadi kebingungan, tidak punya pedoman.

Mudah-mudahan breakpoint atau tempat berkumpul diaspora Indonesia yang ada di Hong Kong dapat menambah keakraban dan cinta tanah air. Semoga mereka diberikan kemudahan untuk menjalankan ibadah pada Bulan Ramadhan dan mendapatkan Ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala serta diberikan kebebasan menjalankan ibadahnya oleh majikan masing-masing. Amin ya robbal alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *