Menjadi seorang Muslim di antara budaya judi dan Suku Dayak yang masih belum mengenal agama, tentu menjadi sebuah tantangan besar dalam memegang teguh ajaran Islam. Desa Juaq Asa, daerah minoritas dan pedalaman yang tidak ada sarana ibadah seperti Mushalla atau Masjid. Sehingga, Muslim di sana melakukan shalat dan kegiatan keagamaan di rumah warga. Kondisi tersebut sama sekali tidak mengurangi semangat mereka untuk tetap memegang teguh Islam sebagai jalan hidup.
Melihat kondisi yang lambat laun bisa memudarkan semangat ke-Islaman, seorang guru madrasah menginisiasi terbentuknya sebuah pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat. Adalah Ustad Asrorudin, beliau mengajar di madrasah yang berjarak cukup jauh dari rumahnya dan berdakwah di lingkungan tempatnya tinggal, menjadi kegiatan rutin yang beliau jalankan sehari-hari. Alhasil, ada seorang warga yang bernama Aldi, yang dengan sukarela mewakafkan tanahnya untuk dibangun tempat ibadah. Beliau mewakafkan tanah yang ada di samping rumahnya, seluas 6×8 meter.
Sifat kerelawanan ini yang membuat Ustad Asrorudin semakin semangat melanjutkan estafet dakwah di desa tersebut. Namun, jalan menuju impian tersebut ternyata tidaklah mudah. Semenjak 2012, sudah dicoba pengurusan izin membangun sebuah Mushalla ternyata tak jua didapat dari pemerintah setempat. Entah apa masalahnya, padahal semua syarat administratif sudah terpenuhi. Bagi mereka, ini ibarat “garam dalam sayur”, tanpanya akan hambar rasanya.
Seiring menunggu perizinan, mereka pun mengajak masyarakat Muslim lain untuk ikut partisipasi dalam pembangunan Mushalla, ada yang memberikan uang, batu kali, kayu dan apapun yang bisa mereka berikan. Padahal, belum ada kepastian untuk boleh membangun Mushalla di daerah tersebut, tapi ada yang jelas ada kepastian optimisme dalam diri mereka.
Tiga tahun sudah berlalu, alhasil mereka menerima buah dari kesabaran mereka. Izinpun akhirnya didapat. Masyarakat Muslimpun mulai gotong royong membantu, baik fisik ataupun materil. Pada bulan Oktober, Cordofa melaksanakan program Dai Nusantara yang fokusnya dakwah di pedalaman. Atas skenario Allah, Ustad Asrorudin menjadi salah satu Dai Cordofa. Beliau mengajak Cordofa untuk mengunjungi program dakwah yang dibinanya dan proses pembangunan masjid yang tesendat karena kurangnya bantuan.
Hardy Agusman, utusan dari Cordofa yang diminta menijau langsung proses pembangunan tersebut. Pada 17 Desember 2015, Cordofa memutuskan untuk membantu proses pembangunan. “Saya langsung mendata kebutuhan material dan langsung membelinya. Alhamdulillah, tidak lama kami mengantar 3 mobil truck dan 1 pick up alat-alat material yang dibutuhkan, sekaligus memberikan infak untuk kebutuhan tukang, agar cepat selesai”. Tutur Hardy.
Tidak lama lagi, Insya Allah impian Ustad Asrorudin dan masyarakat setempat melihat Mushalla Nurul Ilmi akan segera terwujud. Mushalla pertama di tapal batas Desa Juaq Asa yang dikelilingi budaya judi dan masyarakat yang masih primitif dalam agama. Ya, sebentar lagi Insya Allah, akan tepancar cahaya ilmu dari sana, sesuai namanya. (Hardy/Cordofa).