Mungkinkah manusia ‘berteman’ dengan malaikat? Inilah pertanyaan yang akan dijawab pada tulisan ini. Secara umum, hidup manusia tidak pernah sepi dari nuansa spiritual; adakalanya cenderung positif sehingga menjadi religius, dan adakalanya cenderung negatif sehingga terjebak kepada mistis.
Di tengah masyarakat Muslim Indonesia, tidak jarang ditemukan orang yang mengamalkan amalan-amalan tertentu agar dapat mendapatkan perlindungan dari makhluk halus seperti jin, tuyul, atau khadam (pelayan ghaib). Dalam mendapatkan amalan tersebut, tidak jarang mereka harus mengeluarkan bayaran tertentu sebagai ‘mahar’ kepada orang yang menjadi penganjur amalan.
Meskipun kebolehan perilaku tersebut masih diperdebatkan, namun alangkah baiknya hal tersebut dihindari supaya tidak terjebak kepada syubhat dan dosa sebagaimana diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. al-Jinn: 6).
Dalam hal ini, Nabi SAW pernah memberikan tips kepada para sahabat bagaimana agar dapat ‘berteman’ dengan malaikat. Berteman dalam konteks ini bukan berarti bergaul sebagaimana manusia. Teman yang baik adalah orang yang selalu membantu, menghibur ketika susah dan senang, serta mendoakan setiap saat. Ketika seseorang disenangi oleh malaikat, maka mereka akan selalu mendoakannya.
Bagaimanakah pendapat anda jika didoakan oleh makhluk suci seperti malaikat? Makhluk suci dalam pengertian mereka tidak pernah durhaka kepada Allah, dan selalu mematuhi apa yang diperintahkan Allah. (QS. al Tahrim: 6). Selain itu, mereka tidak pernah enggan beribadah kepada Allah, dan selalu bertasbih tanpa berhenti sama sekali. (QS. al-Anbiya: 19-20).
Tentu saja, doa mereka tidak ada penghalang untuk diijabah oleh Allah. Oleh karena itu, dapat berteman dengan mereka adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. Adapun langkah-langkah yang pernah diajarkan Nabi SAW untuk mendapatkan anugerah ini antara lain:
Pertama, mengelola hati agar lebih mencintai akhirat daripada dunia. Lebih cinta berarti lebih sering mengingat. Nabi SAW pernah mengingatkan para sahabat yang sering terlena mencintai keluarga mereka dengan bersabda, “Seandainya kamu senantiasa mempertahankan (kondisi hatimu merenungkan akhirat) sebagaimana ketika bersamaku, niscaya para malaikat akan bersalaman denganmu di majlis, di jalan, dan di tempat tidurmu”. (HR. al-Tirmidzi, kualitas hasan shahih).
Kedua, memelihara hati agar tetap berzikir kepada Allah. Zikir -yang berarti menyebut dan mengingat- merupakan bukti seseorang mencintai Allah. Nabi SAW bersabda, “Seandainya kamu senantiasa mendawamkan zikir, niscaya malaikat bersalaman denganmu”. (HR. Muslim). Lebih dari itu, Allah juga memberikan kabar kembira dalam hadis Qudsi, “Aku berdasarkan persangkaan hamba-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia berzikir kepada-Ku”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, mengikuti majlis-majlis zikir. Majlis zikir dilakukan oleh sekelompok orang, yang biasanya dilakukan dalam bentuk halaqah (lingkaran). Ini sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berkeliling (thawwafin) mencari majlis zikir. Apabila mereka menemukannya, maka mereka menyeru malaikat lain agar bergabung. Akhirnya, mereka berkumpul mengerubungi majlis tersebut sampai ke langit”. (HR. al-Bukhari).
Inilah rahasianya mengapa Nabi SAW mengundang para sahabat untuk selalu menghadiri halaqah zikir. Nabi SAW bersabda, “Apabila kamu melewati kebun-kebun surga, maka mampirlah”. Para sahabat bertanya, “Apakah maksud kebun-kebun surga wahai Rasulullah?”. Nabi SAW menjawab, “Halaqah-halaqah zikir”.
Keempat, pergi menuntut ilmu yang bermanfaat. Ini sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Para malaikat melebarkan sayap (untuk melindungi) orang yang pergi menuntut ilmu karena merasa rida terhadap apa yang dilakukannya”. (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, al-Nasa’i; kualitas hasan shahih).
Kelima, berdiam diri di masjid untuk berzikir atau menunggu waktu salat. Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda: “Para malaikat bersalawat terhadap seseorang dari kalian, selama ia berdiam diri di tempat salatnya. Malaikat mendoakannya dengan berkata, “Ya Allah, rahmatilah orang ini. Ya Allah ampunilah orang ini”. Seseorang masih dinilai sedang melaksanakan salat, selama ia menunggu salat berikutnya. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Keenam, menghadiri salat subuh dan asar secara berjamaah di masjid. Pelaksanaan salat subuh dan asar secara berjamaah merupakan ujian terberat bagi orang yang sedang menikmati tidur dan istirahat. Apabila seseorang mampu salat subuh dan asar secara berjamaah di masjid, maka berjamaah untuk salat yang lain akan lebih mudah dilakukannya.
Pada saat tersebutlah para malaikat malam dan siang bertemu. Allah berfirman, “Sesungguhnya bacaan pada saat subuh disaksikan (oleh para malaikat)”. (QS. al-Isra’: 78). Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Para malaikat bergantian mendatangi kamu pada waktu malam dan siang.
Mereka berkumpul ketika kamu melaksanakan salat subuh dan asar. Setelah itu, sebagian mereka naik ke langit. Lalu Allah bertanya kepada mereka, “Bagaimana keadaan hambaku?”. Mereka menjawab: “Ketika kami datang, mereka sedang melaksanakan salat. Ketika kami pergi, mereka sedang salat”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Ketujuh, membaca Alquran dengan mahir. Mahir dalam artian membacanya dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid, sehingga tidak keliru dan terbata-bata. Nabi SAW bersabda, “Orang yang membaca Alquran dengan mahir, berada bersama Malaikat Kiram Bararah”. Malaikat Kiram Bararah –sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Katsir- adalah malaikat yang santun dan mulia.
Demikianlah, amalan-amalan yang dapat menjadikan para malaikat bersahabat dengan kita. Oleh karena itu, tidak heran jika ditemukan riwayat bahwa sebagian sahabat Nabi SAW dan ulama yang merasa bersalaman atau ditegur oleh malaikat. Alangkah indahnya jika itu terwujud.
Wallahu a’lam.
Ust. Arrazy Hasyim
Download Versi Buletin dan Buletin Jumat Lainnya di sini