Inilah ragam pendapat jika ada bencana, apalagi jika bencana itu berurutan:
“Jelas aja ada bencana! Maksiat sudah meraja lela! Orang-orang sudah ga malu lagi berbuat maksiat! Coba tuh liat, di dekat masjid aja masih ada yang mabok!” kata Bambang kepada temannya, Bejo.
“Ya wajarlah jika di Indonesia banyak gempa! Namanya juga negeri khatulistiwa. Sudah biasa itu mah! Ga usah aneh! Jepang juga sering gempa kok! Ga ada hubungannya sama agama!” kata Alex kepada temannya, Budi.
“Tsunami, gempa, tanah longsor atau bencana apapun, semuanya sudah kehendak Allah! Semua sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh! Semua itu musibah, ujian untuk meninggikan derajat!” kata Duloh kepada temannya, Mamat.
“Kalo bencana ude sering muncul, kate guru saye sih itu udeh deket kiamat!” kata Alimeh kepada teman karibnya, Pu’eh.
Dan masih banyak lagi komentar-komentar lainnya jika bencana alam terjadi, apalagi terjadinya berurutan.
Kata Bambang ada benarnya memang, ada satu hadis yang mendukung komentarnya. Karena ulah para pembangkang Allah, mereka yang shalih, baik, anak kecil, orang tua, pedagang somay juga kena getahnya. Masih ingat kan cermah KH. Zainuddin MZ: “Yang zina elu! Yang mabok elu! Yang judi elu! Tapi yang hancur kena adzab bukan cuma elu doang!”
Berikut hadisnya:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النبي – صلى الله عليه وسلم – قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ ” إِذَا ظَهَرَتِ المعاصي في أُمَّتِى عَمَّهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ “. فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا فِيهِمْ يَوْمَئِذٍ أُنَاسٌ صَالِحُونَ قَالَ ” بَلَى “. قَالَتْ فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ قَالَ ” يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسَ ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ “
Dari Ummu Salamah, istri Nabi Saw. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Jika maksiat telah menyebar diantara umatku, Allah akan menurunkan adzab secara umum”. Ummu Salamah bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada orang shalih? Rasulullah menjawab: Ya. Ummu Salamah berkata: Mengapa mereka terkena juga? Rasulullah menjawab: Mereka terkena musibah yang sama sebagaimana yang lain, namun kelak mereka mendapatkan ampunan Allah dan ridha-Nya” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Kata Alex ada benarnya jika ditinjau dari segi ilmiah. Agama kita juga membenarkan sebab akibat alias sunnatullah. Namun tidak boleh berhenti sampai sini saja. Yang bisa mengubah sunnatullah ya hanya Allah saja. Siapa yang bisa merubah api menjadi dingin jika bukan Allah? Artinya, gempa bisa tidak terjadi jika Allah tidak mengizinkan walaupun negeri itu memang rawan gempa jika ditinjau secara ilmiah. Jika sudah sampai sini obrolannya, akan timbul pertayaan lagi, mengapa Allah menghendaki gempa? Apa Dia Marah? Apa Dia hanya berkehendak menguji hamba-Nya saja? Jika sudah sampai sini ya hanya Allah yang Maha Tahu jawabannya!
Lalu bagaimana kata si Duloh jika bencana itu memang sudah ditakdirkan dari “sono”nya? Kata si Duloh ini juga ada benarnya. Kita bisa simak Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 22:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ﴿٢٢﴾ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾
(22). “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauḥ Maḥfūẓ) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”
(23). “Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Terus, Alimeh bagaimana? Dia juga benar, jika sudah banyak bencana, itu tanda kiamat sudah dekat. Ada kok hadisnya, apalagi hadis Bukhari nyang sudah pasti shahih, berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.”(HR. Bukhari).
Jika semua komentar di atas ada benarnya, jadi hakikat bencana itu seperti apa? Jawabannya bisa azab, peringatan, musibah, ujian dan bisa jadi dekatnya hari kiamat. Jika menimpa orang beriman, ya namanya musibah sebagai ujian agar menaikkan derajat. Jika menimpa pelaku maksiat ya namanya azab.
Jika demikin harus bagaimana? Ya harus lebih dekat kepada Allah dan perbanyak muhasabah. Terus tegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. “Jangan alergi dengan nasihat para ulama. Lebih enak mana, ditegor sama Allah lewat lisan para ulama apa ditegor sama Allah lewat gempa, tsunami, longsor atau banjir bandang?. Terus satu lagi nih, kalo ngaku orang beriman kudu ade buktinye, bantuin tuh sodare-sodare kite yang kene musibe! Kalo bise yang gede bantuinnye, yang gede ngasihnye! Kalo ga bise pake duit ye paling kage pake do’a dah!” kata kong Ali kepada cucunya, Malih.
Wallahu A’lam.
Tim Cordofa
Foto : Unsplash