Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Izinkan saya bertanya mengenai perihal nabi Musa AS.
Yang pernah saya dengar, nabi Musa adalah nabi yang tidak begitu lancar berkomunikasi. Sewaktu sekolah dulu, guru sekolah saya mengatakan bahwa Nabi Musa cadel. Sebab cadelnya beliau adalah ketika masih bayi beliau memakan bara api.
Tapi saya merasa ganjil. Mengapa Nabi Musa mempunyai kekurangan yang menurut saya sangat fatal. Bukankah salah satu fungsi utama seorang Nabi adalah menyampaikan wahyu kepada kaumnya? Lalu bagaimana jadinya jika beliau cadel? Apakah pesan wahyu yang disampaikan Musa AS bisa maksimal? Apakah cadelnya Nabi Musa AS tidak mengurangi wibawa seorang Nabi?
Mohon maaf, pertanyaan saya bukan berniat untuk merendahkan Nabi Musa AS. Saya hanya merasa ganjil saja, apakah memang kisah seperti itu benar? Yang saya khawatirkan cerita cadelnya Nabi Musa itu tidak benar.
Mohon pencerahannya dan terima kasih.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Untuk menjawab pertanyaam Anda, silakan simak Q.S. Toha ayat 24-33 sebagai berikut:
ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ (٢٤) قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى (٢٥) وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى (٢٦) وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى (٢٧) يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى (٢٨) وَٱجْعَل لِّى وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِى (٢٩) هَٰرُونَ أَخِى (٣٠) ٱشْدُدْ بِهِۦٓ أَزْرِى (٣١) وَأَشْرِكْهُ فِىٓ أَمْرِى (٣٢)
(24). “Pergilah kepada Fir’aun; dia benar-benar telah melampaui batas.” (25). Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. (26). dan mudahkanlah untukku urusanku, (27). dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, (28). agar mereka mengerti perkataanku, (29). dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (30). (yaitu) Harun, saudaraku, (31). teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, (32). dan jadikanlah dia teman dalam urusanku.”
Allah memerintahkan nabi Musa AS untuk berdakwah kepada Fir’aun (lihat ayat 24). Karena perintah dakwah ini sangat berat, Nabi Musa berdoa kepada Allah agar Allah melapangkan dada beliau dan urusan beliau dimudahkan (lihat ayat 25).
Selain minta diberikan kelapangan hati dan dimudahkan urusan, Nabi Musa juga memohon kepada Allah agar Allah melepaskan kekakuan lidahnya dalam berbicara (lihat ayat 27 dan 28).
Mengenai ayat 27 Surat Toha ini, jumhur mufassir menjelaskan bahwa sejak bayi nabi Musa memang cadel.
Ketika masih bayi, Nabi Musa sempat diasuh oleh Firaun dan istrinya. Ketika Firaun menggendong bayi Musa, Firaun merasa kesakitan karena jenggotnya ditarik oleh bayi Musa.
Dengan begitu, Firaun curiga bahwa bayi ini kelak ketika dewasa akan melakukan pemberontakan terhadapnya. Ia berupaya membunuh bayi Musa.
Namun keinginan Firaun itu dicegah oleh istrinya. Sang istri membujuk suami agar memaklumi bayi Musa. Ia meyakini suaminya bahwa perbuatan Musa itu merupakan ketidaktahuan bayi saja.
Tapi Firaun tetap curiga dan berupaya membunuh bayi Musa. Tapi sang istri tidak mau kalah, ia mengatakan kepada suaminya bahwa dia bisa membuktikan bahwa anak kecil belum mempunyai akal sehat dan kesadaran layaknya orang dewasa. Sebagai pembuktian, di hadapan Musa disediakan kurma merah dan bara api. Musa diminta untuk mengambil salah satunya.
Semula Musa AS ingin mengambil kurma merah. Allah membimbing Musa untuk mengambil bara api dan memakannya. Dan akhirnya, lidah Musa terbakar dan menyebabkan lidahnya kelu (cadel).
Andaikan Allah membiarkan Musa mengambil dan memakan kurma, tentu Musa akan dibunuh oleh Firaun. Ini merupakan kehendak dan cara Allah untuk menyelamatkan Musa AS.
Menyadari hal tersebut, nabi Musa meminta kepada Allah agar ia dibantu saudara kandungnya, Nabi Harun. Musa meminta kepada Allah agar Harun diangkat menjadi Nabi dan menjadi juru bicara Musa AS (lihat ayat 29-32).
Kisah ini memang sudah sangat masyhur dan tercantum di berbagai kitab sejarah para Rasul dan juga berbagai kitab tafsir mu’tabar para ulama.
Demikian, semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash