Kabar Terbaru

Belajar Dari Q.S. Quraisy

Untuk tulisan kali ini, kami mengajak pembaca untuk sejenak menikmati dan merenungi untaian kalam Allah melalui Q.S. Quraisy yang penuh hikmah, terutama dalam dalam konsep bernegara.

سورة قريش

Surah Quraisy

Muqaddimah

Abu Amr Ad-Dani Al Andalusi dalam bukunya Al-Bayan Fi Add Ay Al-Quran menulis sebagai berikut:[1]

Golongan surat : Makkiyah

Jumlah ayat : 4 ayat menurut hitungan ulama Qiraah Kufah, Bashrah dan Syam, 5 ayat menurut hitungan ulama Qiraah Makkah dan Madinah.[2]

Jumlah kata : 17

Jumlah huruf : 73

Siapakah Quraisy?

Quraisy merupakan nama suku terkuat dan paling terhormat di Makkah. Rasulullah SAW sendiri merupakan keturunan dari suku Quraisy. Apakah Quraisy dimaksud merupakan nama orang? Jawabnya tentu bukan.

Quraisy merupakan gelar untuk nama sebuah suku karena kehormatannya. Gelar tersebut merupakan gelar yang dinisbahkan kepada Bani Kinanah (An-Nadhr Ibn Kinanah, kakek Rasululullah SAW yang ke-12). Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي عَمَّارٍ شَدَّادٍ أَنَّهُ سَمِعَ وَاثِلَةَ بْنَ الْأَسْقَعِ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

Dari Abu Ammar Saddad bahwa dia mendengar Watsilah bin Asqa’ berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim.” (HR. Muslim no. 4221)[3]

Asal kata Quraisy berasal dari Al-Qarsy (القرش) dan At-Taqarrusy (التقرش) yang artinya berupaya dan menghimpun. Dinamakan demikian karena mereka (suku Quraisy) adalah para pedagang yang sangat giat dalam upaya mengumpulkan harta dan membagikannya di antara mereka.

Ada juga yang berpendapat bahwa Quraisy berasal dari kata Al-Qirsy (القِرش) yang artinya semacam hewan laut yang sangat kuat dan memakan apa saja yang dia temukan.[4]

Secara umum surah Quraisy ini merupakan peringatan dari Allah bahwa suku Quraisy diberi berbagai macam nikmat, di antaranya adalah diselamatkan oleh Allah dari serangan tantara gajah dan juga nikmat kenyamanan sosial dan ekonomi di mana Allah memberikan mereka keamanan dari kerasnya perjalanan niaga pada musim panas dan dingin Syam dan Yaman.[5]

Banyak sekali hikmah yang akan kita pelajari pada surah ini. Insya Allah akan disampaikan di lain waktu. Dan satu lagi yang perlu dikoreksi, banyak orang menyebut Surah Al-Quraisy, yang benar adalah tanpa AL, yang benar sebutlah SURAH QURAISY.

Ayat 1:

لِإِيلَٰفِ قُرَيْشٍ ﴿١

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.”

Bagi kita yang terbiasa mendengar kata “karena” tentu akan memahami bahwa kata tersebut merupakan jawaban dari sesuatu yang mempunyai sebab. Contoh : “Saya makan karena lapar.”

Pertanyaan kita adalah mengapa ayat 1 surat ini diawali dengan kata “karena atau untuk”. Dalam bahasa Arab, “karena” atau “untuk” dibahasakan dengan huruf Lam berkasrah (لِ).

Banyak para mufasir yang berpendapat bahwa surah Quraisy ini masih mempunyai hubungan makna dengan surah sebelumnya, yaitu surat Al-Fil. Jika dimaknai demikian maka pemahaman ayat 1 Surah Quraisy seperti ini:

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ لِإِيلَٰفِ قُرَيْشٍ

“Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat), Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.”

Maksudnya adalah Pasukan Gajah yang dipimpin Abrahah Allah hancurkan karena semata-memata melindungi suku Quraisy. Allah melindungi mereka karena suku inilah penjaga Ka’bah dan tempat Rasulullah SAW mengawali dakwah sebagai rasul terakhir.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa surah ini tidak mempunyai hubungan makna dengan surat Al-Fil. Makna “karena” pada ayat 1 Surah Quraisy ini adalah sebagai jawaban dari ayat ke-3 surah ini yaitu agar mereka menyembah Allah, Tuhan Pemilik Ka’bah.

Dari dua pendapat di atas, menurut penulis, dua-duanya bisa disatukan. Jika demikian, kemungkinan maknanya seperti ini :

“Allah menghancurkan pasukan gajah semata-semata melindungi suku Quraisy yang telah menjaga Ka’bah dan agar mereka menyembah Tuhan Pemilik Ka’bah. Wallahu A’lam.

Itulah salah satu keistimewaan Al-Qur’an dari segi keindahan sastra dan makna. Bersyukurlah kita karena dianugerahi oleh Allah pemahaman makna Al-Qur’an melalui pena para mufasir.

Semoga Allah menempatkan mereka di surga-Nya bersama para rasul, nabi dan para syuhada, amin. Begitupun dengan kita, Allah masukan ke surga bersama mereka, Amin ya Rabbal “Alamin.

Ayat 2

إِۦلَٰفِهِمْ رِحْلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيْفِ

“(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”

Allah juga melindungi suku Quraisy karena memiliki tradisi dan kemampuan berdagang yang sangat handal. Kita bisa bayangkan di saat itu yang minim teknologi, mereka melakukan perjalan dagang ke luar negeri!

Jika musim dingin mereka menuju Yaman dan jika musim panas mereka munuju Syam. Yang Namanya perjalanan jauh tentu memiliki resiko yang tinggi. Panasnya terik matahari dan dinginnya udara gurun di kala malam selama berbulan-bulan bukanlah perjalanan ringan, belum lagi resiko pembegalan yang sangat mungkin terjadi.

Dengan keberhasilan menjaga tradisi berdagang handal ini menunjukkan bahwa Suku Quraisy mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan sangat dihormati di Makkah. Tidak semua suku memiliki keterampilan seperti mereka. Keberhasilan mereka ini tentu merupakan salah satu kemurahan dari Allah SWT.

Q.S. Quraisy ayat 3 dan 4:

فَلْيَعْبُدُوا۟ رَبَّ هَٰذَا ٱلْبَيْتِ ﴿٣﴾ ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ ﴿٤

(3). “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah),”

(4). “yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”

Karena limpahan nikmat yang Allah berikan kepada suku Quraisy, maka hendaklah mereka menyembah Allah Tuhan Pemilik Ka’bah yang mulia. Mereka hendaknya juga beriman kepada Rasul utusan Allah, Muhammad Rasulullah SAW yang juga merupakan salah satu keturunan suku ini. Dan mereka juga hendaklah bersyukur karena telah dilindungi oleh Allah dari ancaman kelaparan dan ketakutan karena serangan Abrahah.

Jika merenungi surah ini, kita sebagai rakyat Indonesia yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia juga harus beryukur atas limpahan rahmat dan rezeki dari Allah.

Tanah kita bagaikan tanah surga. Aneka tumbuhan tumpuh subur di tanah kita. Bukan hanya tanaman, negeri kita juga kaya dengan sumber daya alam lainnya. Hendaklah kita beriman dan bertakwa kepada Allah.

Ramaikanlah masjid kita, ramaikan taklim dan syiarkan agama kita terus menerus sepanjang hayat agar negeri ini menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur.

Wallahu A’lam.

Tim Cordofa

 

Foto: Unsplash


Referensi:

· Al-Bayan Fi Add Ay Al-Qur’an,
· Tafsir Al-Baghawi (Ma’alim At-Tanzil)
· Tafsir Jalalain
· Mukhtasshar Tahsir Ibn Katsir
· Tafsir Al-Munir Wahbah Az-Zuhaili
· Tafsir Al-Wajiz Wahbah Az-Zuhaili
· Madarik At-Tanzil Wa Haqa’iq At-Ta’wil (Tadsir An-Nasafi)
· Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Wa Irabuh Wa Bayanuh, Syaikh Ali Taha

[1] Abu Amr Ad-Dani, Al-Bayan Fi Add Ay Al-Qur’an, Kuwait: 1414 H, Markaz Al-Makhtuthat Wa At-Turats Wa Al-Watsa’iq, hal. 302.

[2] Yang dimaksud ulama qiraah tersebut bukanlah ulama qiraah Makkah dan Madinah saat ini, tapi yang dimaksud adalah ulama ahli qiraah pada masa permulaan abad kedua hijriah.

Untuk saat ini, mayoritas bacaan Al-Qur’an di dunia ini termasuk Makkah dan Madinah, juga Indonesia tentunya membaca dengan bacaan Riwayat Imam Hafs dari Imam Ashim Al-Kufi yang tentunya menghitung Surat Quraisy dengan jumlah 4 ayat.

Jika dihitung 4 ayat seperti yang sehari-hari kita baca, maka ujung ayat ke-4 adalah min khauf. Sedangkan jika dihitung lima ayat, maka ujung ayat keempatnya adalah min juu’ dan ujung ayat kelimanya adalah min khauf’

[3] Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 3539 dan Ahmad pada musnad Syamiyin

[4] Lihat Ma’alim At-Tanzil )Tafsir Al-Baghawi), Abu Muhammad Al-Husain Ibn Mas’ud Al-Baghawi, Dar Thaiybah, Riyadh: 1412 , juz 8, hal. 546

[5] Lihat At-Tafsir Al-Munir, Wahbah Zuhaili, Dar Al-Fikr, Damaskus: 2003, Jilid 1, hal. 810

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *