Di kota Madinah Al Munawwarah, Nabi Muhammad SAW ketika berkhutbah, biasa bersandar di sebuah batang kurma yang juga menjadi salah satu tiang Masjid Nabawi pada saat itu. Batang kurma itu diambil dari kebun dan dijadikan tiang Masjid sekaligus sandaran Nabi SAW jika beliau berkhutbah. Nabi merasa nyaman dengan batang kurma tersebut, karena memang pada saat itu belum ada mimbar khusus untuk Nabi berkhutbah, inilah gambaran nabi kita yang sangat sederhana, berbeda halnya dengan singgasana para raja yang mereka bersandar di tempat yang empuk dan mewah. Tidak demikian dengan Nabi Muhammad SAW, walaupun sebenarnya bersandar dengan tempat yang mewah dan bagus adalah sesuatu yang sebenarnya sangat layak untuk Nabi karena selain seorang Nabi beliau juga sebagai seorang pimpinan Negara pada saat itu.
Pada suatu hari ada seorang wanita tua dari golongan Anshar melihat sandaran Nabi yang sangat sederhana ini, hati wanita itu tersentuh, kebetulan wanita tersebut memilki seorang anak yang berprofesi sebagai tukang kayu. Wanita inipun mendatangi Nabi SAW meminta izin untuk membuatkan beliau sebuah mimbar sebagai tempat sandaran Nabi berkhutbah. Nabi pun menyetujui nya dan setelah mimbar telah selesai dibuat Nabi pun berpindah kemimbar tersebut dan tidak lagi bersandar dibatang kurma. Ketika datang hari Jum’at, Nabi bersandar dimimbar yang baru dibuat itu untuk berkhutbah. tiba-tiba terdengar suara tangisan yang sangat kencang dan memilukan. para sahabat pun mencari sumber suara tangisan tersebut namun tidak ada satupun sahabat nabi yang menangis. Ternyata tangisan itu berasal dari batang kurma yang biasa digunakan nabi untuk bersandar ketika khutbah. Suara itu sangat kencang sehingga menyebabkan beberapa dinding masjid roboh dan membuat orang-orang yang ada dimasjid merasa pilu mendengar suara itu. Kemudian Nabi mendekati dan mengusap batang kurma itu. Batang kurma itupun menangis seperti menangisnya bayi yang sedang digendong ibunya. Nabi mencoba mendiamkannya dengan berkata ”wahai batang kurma, bagaimana pendapatmu jika aku tanam kamu dikebun tempatmu berasal, disana kamu akan tumbuh menjadi pohon yang besar dan banyak buahnya atau kalau kamu mau aku tanam kamu dikebun surga, nanti para kekasih Allah akan memakan buah-buahmu”. Nabi menundukan kepalanya untuk mendengar jawaban si batang kurma. batang kurma itu menjawab dengan suara yang terdengar oleh semua orang yang ada di sekitarnya “tanamlah aku disurga negeri abadi dan tidak akan hancur. Aku akan senang sekali jika para kekasih Allah memakan buahku. Dari pada aku ditanam didunia, negeri yang tidak kekal dan akan hancur”. Rasul pun mengubur batang kurma itu di bawah mimbar agar ia berhenti menangis. Apabila batang kurma itu dibiarkan maka ia akan menangis sampai hari kiamat dan suaranya tentu akan mengganggu para sahabat beribadah . Sayyidina Hasan cucu Nabi SAW ketika ia bercerita tentang kejadian ini, ia menangis dan berkata “wahai hamba Allah, batang kurma rindu kepada rasul. Sebenarnya kamulah yang lebih berhak rindu untuk bertemu dengannya ”.
Kisah tangisan pohon kurma merupakan kisah yang benar-benar nyata . Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa ini merupakan tanda kalau benda seperti batang kurma yang tidak bergerak memiliki perasaan seperti hewan, bahkan lebih unggul dari beberapa hewan yang lebih cerdas. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala di mana sebagian ulama maknakan secara tekstual,
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)
Ibnu Abi Hatim telah menukilkan dari Manaqib Asy-Syafi’i, dari bapaknya, dari ‘Amr bin Sawad, dari Imam Asy-Syafi’i, ia berkata,
مَا أَعْطَى اللَّه نَبِيًّا مَا أَعْطَى مُحَمَّدًا
“Allah tidaklah pernah memberikan sesuatu kepada seorang Nabi seperti yang diberikan pada Nabi Muhammad.”
Aku (Ibnu Abi Hatim) berkata, “Nabi ’Isa diberi mukjizat bisa menghidupkan yang mati.” Imam Syafi’i berkata, “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi mukjizat bisa mendengar suara rintihan batang kurma yang menangis”. Mukjizat ini lebih luar biasa dari mukjizat yang diberikan pada Nabi Isa.” (Fath Al-Bari, 6: 603) . Nabi Sulaiman memiliki mukjizat bisa mengerti bahasa hewan bahkan berbicara kepada hewan. Mukjizat nabi Muhammad berbicara kepada batang kurma yang padahal tidak memiliki mulut / lisan jauh lebih luar biasa dari mukjizat nabi Sulaiman.
Dari kejadian ini Allah SWT ingin memberitahu kan kepada kita bahwasanya batang kurma dan benda-benda ciptaan Allah lainnya ingin sekali berada didekat Nabi SAW. Bahkan kalau perlu menempel dengan kulitnya Nabi SAW yang mulia. Batang kurma yang setiap Jumat biasa dijadikan sandaran oleh Nabi, berada didekat Nabi, kulitnya menempel dengan kulit Nabi merasakan anugrah Allah yang luar biasa untuk dirinya akan selalu rindu dengan hari Jum’at, hari dimana dia bisa dekat dengan sang kekasih. Namun hari yang ditunggu telah tiba Nabi tak kunjung mendekati dirinya dan lebih memilih bersandar di kayu yang lainnya. Disinilah Allah SWT menampakkan kepada manusia, suara kerinduan sang batang kurma yang begitu mendalam karena jauh dari sang kekasih.
Dari kisah ini kita akan menyadari bahwa apa yang ada disekitar kita, baik benda mati ataupun yang hidup apabila di gunakan untuk ibadah, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, shalawat, zikir dan di amalkan sunnah- Sunnah Nabi , maka tempat itu akan bergembira dan akan selalu rindu dengan hamba Allah yang beribadah di tempat itu.
Imam Atho’ Al khurosani pernah berkata : tidaklah seorang hamba yang sujud menyembah Allah disuatu tempat dibumi ini melainkan tempat itu akan menjadi saksi kebaikannya di hari kiamat dan tempat itu akan menangis pada hari kematian si hamba tersebut.
Oleh : Muammar Khairullah, MA
Imam Masjid Al Majid Dompet Dhuafa