Kabar Terbaru

Banjir Musiman dan Kualitas Hablum Minal Alam

Banjir Musiman

Banjir musiman kerap kali terjadi di berbagai kota di Indonesia terutama kota besar seperti Jakarta. Bukan hanya berimbas dalam hal materi semata, banjir musiman kerap diseret-seret ke dalam ranah politik, terutama di musim pilkada atau pilpres.

Tidak sedikit orang yang bertanya kepada para ustadz apakah banjir musiman ini merupakan adzab atau musibah ? Jawaban yang yang sudah pasti adalah bencana. Ya sederhananya tinggal lihat saja siapa yang menjadi korban. Jika korbannya adalah mereka yang sembrono, malas menjaga keseimbangan alam, buang sampah sembarangan, mengabaikan AMDAL karena egoisme, tentu adzab namanya walaupun yang melakukannya rajin shalat. Kok gitu? Ya tentu saja. Rajin shalat tapi zhalim, Hablum Minal Alam-nya (hubungan dengan alam atau lingkungan) minus banyak ! Seorang muslim tidak hanya dituntut baik Hablum Minallah-nya, tapi juga baik Hablum Minan Nas dan Hablum Minal Alam-nya !

Tinjauan Al-Qur’an dan Hikmahnya

Al-Qur’an sudah secara tegas memperingatkan kita di dalam Surat Ar-Rum : 41 sebagai berikut :

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Sudah tahu sungai harus lebar malah dipersempit. Sudah tahu sungai harus lancar arusnya malah buang sampah. Sudah tahu harus ada resapan air malah dibangun gedung raksasa. Ya kelar deh !

Akibat indisiplner itulah mereka yang taat norma menjadi korban. Berapa banyak orang-orang baik yang menjadi korban akibat ulah kaum indisipliner. Banjir musiman bukan hal sederhana dari kacamata keimanan. Yang namanya musiman sudah jelas berulang. Yang namanya berulang harus dijadikan muhasabah agar tidak berulang. Sekalipun masih berulang, paling tidak volume dan imbasnya tidak terlalu besar.

Lalu apa hikmahnya buat kita ? Ya tentu banyak, berikut diantaranya :

  • Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang adalah sebuah kezhaliman. Semakin banyak orang yang dirugikan, semakin besar dosanya. Kezhaliman bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk mereka yang rajin shalat maupun ahli maksiat.
  • Setiap muslim harus mengkaji lebih jauh bahwa Hablum Minal Alam tidak bisa dipisahkan dari Hablum Minallah dan Hablum Minan Nas.
  • Tingkatkan kesadaran sosial agar masyarakat tidak lagi melakukan hal-hal yang mengakibatkan banjir terjadi. Para khatibdan penceramah sebaiknya lebih sering menyampaikan bahaya minus Hablum Minal Alam.
  • Bagi mereka yang terkena musibah tentu harus meningkatkan ketakwaan dan kesabaran dan menyadari bahwa semua musibah adalah ujian yang dapat meningkatkan derajat di sisi Allah.

Jika semua usaha kebaikan dan Hablum Minal Alam sudah maksimal dilakukan dan banjir musiman masih terjadi, baru kita sebut bahwa hal itu adalah musibah yang harus dijalani dengan penuh kesabaran.

Wallahu A’lam.

Tim Cordofa.

 

Foto: Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *