Kabar Terbaru

Ayo, Muhasabah!

Tentu kita masih sangat ingat dengan pandemi Covid-19? Tentu kita juga masih ingat bukan bagaimana suasanan saat itu sangat mencekam? Tentu masih ingat bukan bagaimana gerak kita sangat terbatas karena guna menghindari penularan virus? Tentu masih ingat bagaimana suara sirine mobil ambulan meraung-raung setiap hari yang mengantarkan jenazah ke TPU? Masih ingat bukan warung-warung yang gulung tikar karena tidak bisa berjualan selama berbulan-bulan? Masih ingat bukan bagaimana masjid, kantor, pasar dan sekolah tutup sementara?

Ya, begitulah kondisi saat pandemi berada pada puncaknya. Hampir semua orang gelisah dan ketakutan. Dan sekarang Alhmadulillah, masa itu sudah berlalu. Sekarang kita tidak lagi kahawatir untuk beraktifitas keluar rumah dan berinteraksi sosial. Perekonomian berangsur-berangsur pulih.

JIka kita cermati dan menengok sebentar saja ke belakang, maka banyak sekali hikmah yang bisa kita gali untuk kita jadikan ibrah dalam kehidupan.

Saat maraknya pandemi, “maksiat sosial” berkurang secara signifikan. Saat itu pelacuran bebas sangat sepi bahkan hampir tidak ada. Perjudian juga tidak terlihat. Diskotik juga tutup. Dangdutan dengan biduan berpakaian dan goyang tak pantas juga libur lama. Untuk hal ini, tentunya kaum muslimin sangat bersyukur.

Dan di saat yang sama, kesedihan kita juga bertambah. Bagaimana tidak? Hampir semua masjid tutup! Semua majelis taklim libur! Pesantren libur! Sekolah dan madrasah semua libur! Sedih sekali waktu itu. Mau salat Jumat saja susah sekali. Ada masjid yang akhirnya kucing-kucingan dengan Satpol PP. Salat Jumat diam-diam tanpa menggunakan pengeras suara yang akhirnya ketahuan juga dan terjadilah ketegangan antara kedua belah pihak. Kering sekali rohani kita saat itu. Suara salawatan menjelang maghrib juga tidak terdengar lagi saat itu.

Alhamdulillah sekarang kita sudah sangat leluasa salat Jumat dan berjamaah lima waktu di masjid-masjid. Sekarang ini majelis taklim sudah buka kembali. Sekolah-sekolah, pesantren, pasar dan kantor-kantor juga sudah buka. Ojol juga sudah wara-wiri sesuka hati kemana pergi. Sekarang semua sudah kembali nyaman, alhamdulillah.

Ketika keleluasan beribadah dan interaksi sosial sudah nyaman, seharusnya “maksiat sosial” harus tetap sepi dan idealnya tutup permanen. Seharusnya seluruh diskotik, tempat-tempat judi, tempat pelacuran semua tutup permanen. Tapi sepertinya “bales dendam” tuh! Bukannya musnah malah semakin banyak dan marak!

Saran penulis kepada para kiai, para ustaz, para khatib salat Jumat jangan segan-segan untuk mengingatkan masyarakat agar selalu meningkatkan rasa syukur ketakwaan agar Allah menganggap kita umat yang bersyukur. Dan ingatkanlah masyarakat agar tidak menjadi umat yang kufur nikmat sebagaimana kisah Negeri Saba’ yang Allah musnahkan dengan Sail Al ‘Arim (banjir besar). Ingatkanlah masyarakat kita agar Allah tidak lagi mengirim virus yang lebih ganas dari Covid-19!

Pemerintah juga begitu, harusnya belajar dari kasus Pandemi. Hentikan segala bentuk maksiat di negeri ini. Jangan takut dengan mereka yang “katanya” punya kekuatan untuk terus mendekingi para pelaku maksiat yang menghancurkan tatanan moral bangsa.

Tulisan ini harus ditutup dengan salah satu firman Allah yang sangat familiar:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim: 7).

Wallahu A’lam.
Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *