Idealnya orang tua meninggalkan warisan, bukan hutang. Agar sang anak bisa memanfaatkan harta warisan dengan benar, maka orang tua wajib mendidik anaknya dalam hal penggunaan harta. Sebab tidak sedikit cerita jelek pasca wafatnya orang tua. Apa itu? Yang paling sering sih  perang saudara gegara rebutan warisan! Bener ga?

Peribahasa mengatakan “Kasih Ibu Sepanjang Jalan Kasih Anak Sepanjang Galah.” Peribahasa tersebut tentunya bukan karangan iseng dari seorang pujangga yang hobi berfantasi. Ia lahir dengan sendirinya berdasarkan fakta di lapangan yang terjadi turun temurun. Lihat saja bagaimana orang tua banting tulang menghidupi enam anak. Semua anaknya yang enam itu diperlakukan bagaikan raja! Semua kebutuhan anak berusaha dipenuhi walapun dengan cara berhutang. Tidak ada lelah, tidak ada keluhan yang terlontar dari mulut orang tua. Tidak ada rasa gerundel dan dongkol selama merawat sang anak. Tapi lihat saja jika orang tua sudah lanjut dan sudah tidak berdaya. Orang tua ibarat bola yang dilempar sana sini karena semua anaknya keberatan jika harus merawat! Anak pertama begini alasannya, anak kedua begitu alasannya, begitu juga dengan anak ketiga, kempat dan seterusnya. Pokoknya harus punya alasan tidak bisa merawat!

Begitu juga dengan cerita seorang anak yang menghamburkan harta warisan orang tuanya. Boro-boro sedekah atas nama orang tua! Harta warisan ‘habis bis’ tanpa sisa karena kalah judi. Anak bodoh dan tak tahu diuntung ini tentu tidak ingat bagaimana susahnya orang tua mencari dan mengumpulkan harta.

Anak yang baik tentu mampu memanfaatkan harta warisan. Silakan bangun rumah, beli mobil, atau beli apa saja karena harta orang tua yang sudah wafat itu sudah menjadi milik. Jika orang tua belum haji semasa hidupnya, maka lakukan badal haji untuknya. Pahala haji sangat besar dan tentu sangat bermanfaat untuk orang tua yang sudah wafat. Setelah badal haji, jangan berhenti berdoa, beristighfar dan bersedekah atas nama mereka.

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa.

Foto : Unsplash