Assalamu’alaikum Wr Wb.
Mohon maaf, pertanyaan yang saya ajukan ini betul-betul murni bertanya dan tidak ada maksud lain. Pertanyaan saya ini bukanlah bentuk keraguan terhadap syariat Islam, namun sungguh, saya hanya memerlukan jawaban yang pasti agar suatu saat saya bisa menjawab pertanyaan yang sama dari orang lain.
Begini Ustaz, setiap tanggal 10 Muharam umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunah Asyura. Adapun dasar per-syariatan puasa Asyura itu sendiri karena Rasulullah bertanya kepada orang-orang Yahudi yang ada di Madinah mengapa mereka melaksanakan puasa Asyura. Mereka menjawab bahwa umat Yahudi berpuasa Asyura karena mengikuti Nabi Musa AS yang melaksanakan puasa tersebut sebagai rasa syukur karena beliau dan bani Israil diselamatkan dari kejaran Firaun.
Mendengar jawaban mereka, Rasulullah mengatakan bahwa beliau lebih berhak untuk mengikuti Nabi Musa AS dari pada umat Yahudi itu sendiri dan memerintahkan umat umat Islam untuk melaksanakan puasa Asyura.
Dari peristiwa ini, munculah pertanyaan spontan dari nalar saya pribadi. Bisakah kita mengatakan bahwa Rasulullah mengikuti Yahudi dalam hal ibadah? Jika ini benar, apakah Islam bisa dikatakan agama peniru?
Demikian pertanyaan saya dan sekali lagi saya mohon maaf.
Wassalam.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Sebelum kami menjawab inti pertanyaan Anda, silakan simak hadis mengenai pertanyaan Rasulullah kepada sekelompok Yahudi mengenai puasa Asyura berikut ini!
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radiallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) melaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Firaun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat Beliau untuk mempuasainya.” (HR. Bukhari).
Jika kita hanya memperhatikan hadis di atas secara sekilas saja, bisa jadi timbul kesimpulan seperti yang Anda kemukakan. Tapi kita harus juga mencari apakah ada hadis sahih lain yang juga menyinggung tentang puasa Asyura. Ternyata ada, berikut hadisnya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Dari Aisyah radliallahu ‘anha; Bahwa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliyah biasa melaksanakan puasa hari ‘Asyura’. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk melaksanakannya pula hingga datang kewajiban shaum Ramadhan. Dan kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mau melaksanakannya silakan dan siapa yang tidak mau juga tidak apa”. (HR. Bukhari).
Jika kita melihat hadis yang baru saja kita simak di atas, maka tentu kita memahami bahwa:
1. Puasa Asyura sudah biasa dilakukan oleh bangsa Quraisy, termasuk Rasulullah SAW.
2. Puasa Asyura menjadi sunah statusnya ketika datang kewajiban puasa Ramadhan.
Dengan demikian, hadis pertama diatas, Rasulullah bertanya kepada Yahudi mengapa mereka berpuasa Asyura bukanlah dipahami bahwa Nabi meniru Yahudi dalam beribadah. Bisa jadi pertanyaan tersebut timbul karena beliau merasa heran mengapa mereka berpuasa dan beliau juga berpuasa.
Demikian jawaban singkat kami dan semoga bisa membantu.
Wallahu A’lam.
Foto : Freepik