Kabar Terbaru

Ancaman Serius Bagi Para Pengumpat

Shafwan, siswa kelas 8 salah satu Madrasah Tsanawiyah di Jakarta. Hobinya membaca dan bertanya hal-hal yang menarik untuknya, terutama kepada ayahnya yang seorang ustaz. Terkadang pertanyaan yang muncul darinya bukan pertanyaan ecek-ecek. Dia akan senang sekali jika jawaban dari pertanyaan itu menurutnya berbobot dan memuaskan.

Suatu ketika dia secara tak sengaja membaca terjemah Al-Qur’an Surat Al-Humazah ayat 1:

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,”

Melihat terjemah ayat ini, Shafwan sangat penasaran dan ingin mengetahui maksud dari ayat ini. Sebetulnya kebiasaan Shafwan ini tidak berbeda jauh dengan ayahnya dulu ketika seusia dengannya. Ya 11-12 lah!

“Abi, aku penasaran dengan makna dari Q.S. Al-Humazah ayat 1. Abi mau kan jelasin? Jangan lupa ya, aku kan kalo nanya ayat pasti ingin tau tafsir sedetel-detelnya sekalian asbabun nuzulnya kalo memang ada ya!” pintanya dengan gaya memelas.

“Thab’an, Ya Waladi Al-Mahbub!” jawab sang ayah yang terkadang menggunakan bahasa Arab. Apa artinya ayo? Cari aja di google!

“Karena kamu mintanya detel, Abi jawabnya via tulisan aja ya, biar kamu puas! Sekalian Abi kasih footnote biar penasaran kamu ilang, hehe .” ujar Ustadz Mukhlis kembali menghibur anaknya yang cerdas dan kritis itu.

Inilah jawaban dari sang ayah via kertas HVS A4 yang sudah di print:

Q.S. Al-Humazah

Muqaddimah

Golongan : Sebagian ulama mengatakan Makkiyah dan sebagian lagi mengatakan Madaniyah.[1]

Jumlah ayat : 9

Jumlah kata : 33

Jumlah huruf : 133[2]

Gambaran umum Surat Al-Humazah : 

Titik berat surat ini adalah ancaman bagi orang-orang yang suka mencela dan mengumpat orang lain.

Bukan hanya ancaman keras bagi para pengumpat, surat ini juga mengancam orang-orang bakhil atau kikir. Ciri khas orang model seperti ini maunya menerima saja, tidak mau memberi apalagi untuk kepentingan sosial. Dia beranggapan bahwa hartanya adalah mutlak hasil usahanya. Dia beranggapan bahwa kekayaan melimpah yang dia miliki akan terus membuatnya bahagia dan tidak ingat mati.

Ternyata, kebiasaan mencela dan medit bin pelit ini bukan hal sepele. Jika Allah sudah mengancam, tidak mungkin bersifat main-main dan hukumannya ringan. Neraka Huthamah siap menanti mereka yang hobi melakukan kebiasaan ini.

Sabab An-Nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Humazah:

Para ulama berbeda pendapat mengenai sebab nuzul surah ini, yaitu:[3]

  • Riwayat Ibn Hatim: diturunkan berkenaan perbuatan (ulah) Ubay Ibn Khalaf
  • Riwayat Ibn As-Suddi: diturunkan berkenaan dengan perbuatan Al-Akhnas Ibn Suraiq
  • Riwayat Ibn Jarir: diturunkan berkenaan perbuatan Jamil Ibn Amir Al-Jumahi
  • Riwayat Ibn Al-Mundzir dari Ibn Ishaq: diturunkan karena ulah Umayyah Ibn Khalaf yang setiap kali melihat Rasulullah SAW, dia selalu mencaci dan mencela beliau SAW.

Jika merujuk kepada Tafsir Al-Jalalain, seluruh riwayat di atas tentunya tidak saling kontradiksi, sebab Imam Jalaluddin Al-Mahalli mengatakan bahwa surat ini diturunkan untuk mengutuk orang-orang yang sering kali berbuat ghibah kepada Nabi SAW dan kaum mukminin seperti Umayyah Ibn Khalaf, Al-Walid Ibn Al-Mughirah dan selain keduanya.[4] [5]

Q.S. Al-Humazah ayat 1 :

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.”

Ayat ini diawali dengan kata “ويل”, kata “wail” merupakan kata yang bermakna do’a kehancuran[6] yang ditujukan untuk seseorang. Jika kata “wail berasal dari Allah, maka maknanya adalah kutukan kehancuran atau kebinasaan bagi seseorang dalam hidupnya.

Kata wail juga dimaknakan sebagai lembah yang ada di neraka Jahannam.[7] Kata wail juga bisa diartikan sebagai salah satu kata yang dimaksudkan untuk merendahkan orang atau kalimat yang bermakna keputus-asaan atau juga kalimat yang bermakna buruknya pekerjaan seseorang.[8]

Jika melihat ragam tafsir para ulama mengenai kata wail pada ayat ini, maka kata tersebut merupakan ancaman atau kutukan, ancaman neraka, ancaman kehancuran dan kebinasaan hidup  dari Allah  kepada orang-orang yang mengumpat, menggunjing, mencela dan menghina orang-orang yang beriman, yang berjuang menegakkan agama Allah sebagaimana Allah mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW dam para sahabat.

Salah satu hikmah paling dalam yang bisa kita tadabburi dari ayat ini adalah betapa besarnya dosa menggunjing, mencela dan menghina, terutama hal itu dilakukan kepada para alim ulama dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, baik yang melakukan hal itu adalah muslim maupun non muslim, na’udzubillah !

Puas dengan jawaban sang ayah, Shafwan berkata: “Syukran ya Abi, engga percuma aku punya ayah seorang ustaz!

Afwan! Wa ja’alakallahu faqiihan wa aaliman likitabihi wa sunnati nabiyyih!” jawab sang ayah. Tau kan artinya? Kalo kepo cari aja di google!

“Aamiin!” jawab Shafwan dengan ekspresi berharap.

Wallahu A’lam.
Tim Cordofa


[1] Lihat Tafsir Jalalain
[2] Lihat Al-Bayan Fi Ad Ay Al-Qur’an, Abu Amr Ad-Dani, Markaz Al-Makhtuthah Wa At-Turats  Wa Al-Watsa’iq, Kuwait, 1994, hal. 288
[3] Lihat Lubab Al-Mnaqul Fi Asbab An-Nuzul Lis- Suyuthi, Muassasah Al-Kutub Ats-Sihafiyyah, Beirut: 1422 H, hal 305.
[4] Lihat Tafsir Jalalain
[5] Lihat Tafsir Al-Bahr Al-Muhit Li Abi Hayyan Al-Andalusi, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beitut: 1413 H, Juz 8, hal. 509
[6] Lihat Hasyiyah As-Shawi Al-Maliki, Dar Al-Jil, Beirut: t.t. Juz 4, hal. 332
[7] Banyak mufassir yang menafsirkan kata wail dengan makna tersebut, diantaranya Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain dan As-Samin Al-Halabi dalam kitabnya Umdat Al-Huffazh,
[8] Lihat Al-Lubab Fi Ulum Al-Kitab Li Ibn Adil Ad-Dimasyqi, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut: 1419 H, Juz 20, hal. 490

 

Foto : Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *